Senin 14 Jul 2014 12:00 WIB

Kekuatan Khusyuk

Red:

Oleh:Prof Nasaruddin Umar -- Khusyuk gampang diucapkan, tetapi sulit diwujudkan. Khusyuk secara harfiah berarti rendah, takluk, dan merendahkan diri kepada Tuhan. Khusyuk dalam pengertian populer diartikan dengan sikap seorang hamba yang sangat tenang dan fokus hanya kepada Allah SWT.

Khusyuk biasanya dilakukan dalam shalat atau ketika kita sedang berdoa. Kita bisa mengajarkan teori dan praktik khusyuk, tetapi belum tentu kita sendiri dapat melaksanakannya karena ada ulama yang mengatakan, khusyuk itu adalah wilayah Tuhan (divine working).

Itu di luar kemampuan kreasi manusia. Jika seseorang sampai kepada tingkat kekhusyukan maka segalanya bisa berubah. Pikiran bisa menjadi jernih dan tenang, hati bisa menjadi lembut, perilaku menjadi santun, dan shalat menjadi enak.

Problem terurai, optimisme besar, frustrasi lenyap, kekecewaan terobati, dan perasaan menjadi plong. Di samping itu, Tuhan terasa ridha dan dekat, doa dan munajat terasa terdengar Tuhan, dan semuanya terlihat kecil di hadapan Tuhan.

Problem besar bisa menjadi kecil dan enteng dan rezeki sedikit terasa banyak. Sesungguhnya, letak kekuatan khusyuk ada di dalam hati. Hati yang aktif untuk menjalin komunikasi dengan unsur dalam hati kita maka diharapkan mendatangkan keajaiban dalam berbagai bentuk, sesuai tingkat kedalaman dan penghayatan kita.

Khusyuk adalah pengalaman pribadi. Oleh karena itu, kita perlu belajar, kalau perlu mencatat, pengalaman-pengalaman batin apa yang dilakukan pada saat kekhusyukan itu terjadi. Pengalaman dan kiat pribadi orang lain mencapai tingkat kekhusyukan juga perlu dipelajari.

Tidak kurang dari 17 kali Tuhan menyebutkan kata khusyuk di dalam Alquran,  di antaranya, "Maka Kami memperkenankan doanya dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan istrinya dapat mengandung. Sesungguhnya, mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam mengerjakan perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada kami dengan harap dan cemas dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami." (QS al-Anbiya’ [21]:90).

Khusyuk pada ayat di atas bukan hanya diperuntukkan bagi shalat sebagaimana sering diasumsikan selama ini. Akan tetapi, khusyuk sebaiknya diwujudkan di dalam segala keadaan, kapan, dan di manapun kita berada.

Kalau perlu, setiap detak jantung beriringan dengan kekhusyukan. Dengan demikian, hidup akan lebih terasa bermakna. Hari-hari perjalanan hidup kita selalu terasa bersama Tuhan dan Tuhan pun tidak pernah melakukan pembiaran terhadap kita.

Ia hadir dalam keadaan kita sedang berduka atau bergembira. Idealnya, saat Ramadhan kita mengawali hidup baru, hidup dengan khusyuk, dan semoga kita semakin khusyuk menjalankan ibadah keseharian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement