Senin 14 Jul 2014 12:00 WIB

Rindu Kolak dan Suara Azan

Red:

Bagi Muslim Indonesia, berpuasa di negara yang mayoritas penduduknya non-Islam memiliki tantangan tersendiri. Dari mulai menyesuaikan dengan perbedaan suhu sampai dengan waktu berpuasa. 

Seperti dialami salah seorang mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat, Nur Aini Muqti, yang mengaku tak bisa mendengar azan berbuka. Berbeda dengan di Indonesia yang dapat mudah mendengar azan, baik melalui corong masjid, televisi, maupun radio, di AS kondisinya tak demikian.

Tak mau kehilangan akal, Ani menggunakan program aplikasi azan yang dapat diinstal di laptopnya. Kepada Republika, Ani mengungkapkan, situasi seperti itu dialaminya pada tahun pertama masa kuliah pada 2012 lalu.  

Menurut Ani, dia bisa saja berbuka dengan melihat waktu setempat. Tetapi, ada yang terasa kurang lengkap. "Meskipun saya bisa berbuka puasa hanya dengan melihat waktu setempat, namun kurang lengkap rasanya jika belum mendengar merdunya kumandang suara azan," ujarnya.

Ani menambahkan, ia sebetulnya tetap kurang puas jika hanya mendengar dari laptop. Namun, dia sadar, akan sangat sulit mendengar suara azan di negara yang minoritas Muslimnya.

"Kurang greget, namun berhubung di Amerika tidak ada suara azan dari pengeras suara maka hanya inilah satu-satunya andalan saya saat itu," ucap Aini yang juga warga Kota Malang, Jawa Timur.

Aini merupakan alumni dari Sampoerna Academy (Akademi Siswa Bangsa Internasional) yang berlokasi di Kota Malang. Ia melanjutkan pendidikan S-1 akuntansi di Lone Star College Texas, Amerika Serikat, dengan bantuan beasiswa penuh. Aini menjelaskan, Agustus 2012 merupakan masa-masa awal kuliah di sana. Hari-hari pertama ia tiba di Amerika saat itu bertepatan dengan bulan suci Ramadhan hari ke-20.

Sehingga pada tahun itu, ia sempat mengalami Ramadhan di dua negara yang berbeda dan dengan suasana tak sama.

"Saat awal keberangkatan saya sempat tidak berpuasa selama dua hari, hal ini terjadi karena saat itu saya harus melakukan perjalanan udara dari Indonesia menuju Amerika Serikat dan transit terlebih dahulu di Amsterdam," ucap Aini.

Ia menjelaskan bahwa perjalanan udara yang ia tempuh memakan waktu lebih dari 24 jam. Jika tidak meminum air ia juga merasa tenggorokan sangat kering yang disebabkan oleh adanya perbedaan tekanan udara selama melakukan perjalanan menggunakan pesawat.

"Begitu tiba di apartemen tempat saya tinggal di Texas saya mulai berniat untuk kembali berpuasa, namun saat hari pertama di Texas tersebut saya tidak sempat bangun untuk sahur karena tertidur setelah lelah melakukan perjalanan udara dari Indonesia," ucapnya.

Ia juga  mengalami gejala jetlag yang disebabkan oleh perbedaan waktu antara Indonesia dan Amerika. Kendati tidak sahur, Aini tetap saya tetap bertekad menjalankan  puasa. "Karena saya baru terbangun dari tidur beberapa menit menjelang waktu berbuka puasa," ucap Aini.

Hari berikutnya Aini mulai berpuasa dengan tetap melakukan aktivitas. Namun, niat baiknya tersebut langsung diuji karena saat siang hari ia harus belanja kebutuhan sehari-hari di supermarket yang jaraknya cukup jauh.

"Karena di tempat saya saat itu tidak ada transportasi umum sehingga saya harus berjalan kaki di siang hari dengan jarak yang cukup jauh, haus dan lelah terasa lengkap karena saat itu saya harus membawa barang belanjaan berupa telur, beras dan minyak goreng yang beratnya cukup untuk membuat saya hampir membatalkan puasa," kata Ani mengisahkan.

Tapi, karena dua hari sebelumnya sudah batal maka ia tetap mencoba mempertahankan puasa. Meskipun tubuhnya terasa sangat lemas karena harus berjalan membawa barang belanjaan sembari bermandikan teriknya sinar matahari di Texas.

Ia menjelaskan bahwa Texas merupakan wilayah di Amerika Serikat yang memiliki iklim cukup panas. Terlebih saat Ramadhan pada Agustus, saat wilayah tersebut sedang memasuki musim panas. 

Selain itu, mayoritas penduduk sekitar menggunakan mobil pribadi sebagai alat transportasi utamanya. Bus yang melintas hanya antarota yang tidak melayani perjalanan jarak dekat. Hal ini membuat Aini sempat merasa kewalahan saat harus bepergian dengan berjalan kaki.

"Hal tersebut cukup membuat kesan tersendiri bagi saya dalam menjalani bulan Ramadhan di sana. Saya merasa ada hal-hal yang sangat saya rindukan selama berpuasa di sana. Dapat berbuka puasa dengan kolak sambil mendengar suara azan dari pengeras suara di masjid-masjid adalah hal yang sangat saya rindukan saat saya berpuasa di Texas," kenang Aini. rep:c72 ed: teguh firmansyah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement