Jumat 11 Jul 2014 14:21 WIB

Rekatkan Ukhuwah

Red:

Bangsa Indonesia telah menyelesaikan hajat nasionalnya, pemilu legislatif dan presiden. Polarisasi dukungan, terutama saat pemilu presiden, tak ayal menimbulkan gesekan. Di beberapa daerah bahkan berujung pada bentrokan antarpendukung.

Penduduk Indonesia yang mayoritas Muslim tak terkecuali ikut terlibat dalam euforia pesta demokrasi ini. Masuknya bulan Ramadhan dan selesainya gelaran pilpres diharapkan tidak turut merenggangkan ukhuwah antarumat.

Rektor Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Dr Akhsin Sakho Muhammad mengatakan bahwa memperkuat ukhuwah wajib dilakukan baik sesama Muslim maupun dengan umat lain. Umat Islam harus tetap berpatokan pada ukhuwah Islamiyah, wathaniyah, dan basyariyah.

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Aditya Pradana Putra/Republika

ilustrasi

Adanya perbedaan ras, agama, suku, dan golongan tidak boleh memorakporandakan umat. Dalam ukhuwah Islamiyah, antarumat Islam harus menjaga kemaslahatan bersama.

"Jika ada persoalan sedikit, jangan menjadi berkepanjangan," ujarnya. Kalau ini tetap terjadi maka Indonesia tidak akan maju.

Akhsin mengatakan Ramadhan merupakan waktu ketika tingkat spiritualitas umat lebih tinggi daripada waktu-waktu lain. "Mereka tahu tentang keutamaan yang harus diperhatikan umat Islam ketika berpuasa adalah menjaga emosi," katanya.

Umat Islam harus mampu menjaga lisan yang tak hanya diucapkan melalui mulut, tetapi juga diinterpretasikan melalui tulisan. Termasuk, di media sosial.

Tulisan mewakili lisan seseorang sehingga jangan sampai menyakiti orang lain."Jangan berkata bohong, mencerca orang lain karena pahala puasa akan hilang," ujar Akhsin.

Akhsin bersyukur Indonesia telah melalui pemilihan legislatif dan presiden dengan aman dan damai. Sistem demokrasi di Indonesia termasuk tiga terbaik di dunia. Melalui partai-partai, Akhsin mengungkapkan, umat Islam mulai dewasa menanggapi perpolitikan yang terjadi.

"Ini merupakan sesuatu yang bagus sekali karena politik di Indonesia semakin terbuka, transparan," katanya. Umat Islam hendaknya saling menghormati apapun hasil dari pilpres kali ini.

Dengan adanya sikap toleransi yang tinggi sesungguhnya Indonesia akan menjadi sebuah contoh bagi masyarakat dunia. Akhsin berharap pemerintah mendatang, siapa pun yang terpilih akan memimpin tanpa ada kecurangan dan permainan yang kotor.

Akhsin berpesan pihak yang kalah harus legawa tanpa disertai panas hati. Pemimpin yang terpilih dan disepakati bersama harus didukung oleh setiap Muslim di negeri ini. Jikapun harus protes, ia berharap pihak-pihak yang tidak puas bisa membawa permasalahan lewat saluran yang tepat.

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj mengatakan hak pada ukhuwah Islamiyah, wathaniyah, dan basyariyah harus benar ditunaikan di negeri ini. Ukhuwah Islamiyah bisa menjadi jembatan pemersatu sesama umat Islam meski berbeda pandangan politik.

Ukhuwah wathaniyah, Kiai Said menjelaskan, adalah ukhuwah kepada sesama bangsa Indonesia. Umat Islam harus menjadi pelopor untuk saling menghormati dan bekerja sama di bidang kebangsaan meski berbeda agama, suku, dan budaya. "Ini persaudaraan sesama satu bangsa," ujarnya.

Ukhuwah yang tertinggi, yaitu menjaga ukhuwah basyariyah, dengan menjaga persaudaraan antarumat manusia. "Kita juga harus menghargai orang asing yang tinggal di Indonesia tak hanya ke umat Islam dan satu bangsa saja," kata Kiai Said. Ketiganya, Kiai Said berpesan, harus direalisasikan tanpa dipisah-pisah.

Terkait pemilihan presiden, Kiai Said berharap pendukung capres manapun tetap mengutamakan sikap legawa. "Pemenang tidak boleh sombong, yang kalah pun harus legawa sehingga tidak menimbulkan rasa sakit," ujarnya. Umat Islam harus arif dalam menyikapi hasil pilpres.

Pemerintah seharusnya mampu menangani jika memang sampai terjadi gejolak di antara umat. Sebaiknya, pendukung dan pemenang tidak melampiaskan kemenangan secara berlebihan. "Mereka harus tetap mengendalikan diri jangan sampai terjadi kerusuhan yang justru akan merugikan berbagai pihak."

Pendiri Maarif Institute, Buya Syafii Maarif, mengatakan dalam menyikapi hasil pilpres harus dengan kacamata dakwah. Dakwah dalam dunia politik bisa menyatukan kepentingan yang tercerai-berai.

"Karena dakwah sifatnya mempersatukan, sedangkan politik sifatnya mencerai berai," katanya. Buya Syafii berharap hasil pilpres ini siapa pun yang menang tidak jumawa dan yang kalah harus mengakui kemenangan pihak lawan. rep:ratna ajeng tejomukti ed: hafidz muftisany

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement