Senin 07 Jul 2014 12:00 WIB

Jangan Entengkan Batuk

Red:

Gejala batuk berkepanjangan yang terjadi lebih dari sepekan perlu diwaspadai sebagai tanda penyakit kronis. Sebab, bila didiamkan bakal bisa menjadi penyakit serius.

Batuk, bisa jadi bronkhitis akibat lendir yang masuk paru-paru. Bisa juga laringitis, penyakit yang menerpa bagian saluran pernapasan atas. "Dan, jika dibiarkan dalam jangka panjang, bisa menimbulkan kanker," kata Clinical Dietation serta pakar di bidang nutrisi dan pencegahan penyakit Emilia E Achmadi, MS.

Karena itu, ahli nutrisi lulusan Oklahoma State University ini mengingatkan agar tak meremehkan batuk. Meskipun sebagian besar pemicunya karena perubahan yang ringan saja di lingkungan penderita batuk. Misalnya, flu, radang tenggorokan, atau alergi lantaran kurang cepatnya tubuh beradaptasi dengan perubahan cuaca dan sebagainya.

"Batuk bukanlah penyakit, tetapi indikasi yang disampaikan oleh tubuh akibat terjadinya ketidakberesan di dalam tubuh penderita," paparnya.

Batuk diklasifikasikan menjadi nonproduktif dan produktif. Jenis nonproduktif timbul dari rasa gatal yang dipicu udara dingin, panas dalam, debu, dan serbuk dalam udara. Sedangkan, batuk produktif biasanya menghasilkan lendir yang disebabkan oleh infeksi saluran napas.

Sayangnya, abai pada penyebab batuk menjadi awal pemicu gangguan yang lebih serius. Sehingga, banyak penderitanya yang memerlukan perawatan intensif dengan biaya mahal. Si penderita pun berpotensi menyebarkan kuman pemicu penyakit kepada orang-orang di sekitarnya.

Tindakan pencegahan yang paling baik, menurut Emilia, yaitu dengan menerapkan gaya hidup sehat. Serta segera mengonsumsi obat batuk yang memiliki kandungan alami, seperti jahe. Sebab, jahe terbukti secara klinis bisa mengatasi radang secara efektif dan mentol untuk menenangkan batuk.

"Penggunaan obat batuk yang mengandung antibiotik disarankan untuk dihindari karena justru berpotensi membunuh bakteri yang bermanfaat dan resisten terhadap bakteri berbahaya," kata Emilia. Efek antiseptik juga ditemui dalam bahan licorice. Selain itu, efeknya bisa  mengencerkan dahak dan mempunyai efek menenangkan.

Konsultasi ke dokter

Ketua Bagian Pulmonologi FKUI-RSUP Persahabatan Prof Dr Anwar Jusuf FCCP memaparkan, sejumlah gejala batuk berkepanjangan yang harus segera ditangani. Setelah melewati waktu dua minggu ataupun ketika intensitasnya makin mengganggu, penderita disarankan berkonsultasi ke dokter.

Begitu pula tatkala berat badan menurun, napas makin berat dan pendek, hilang gairah, lelah berkepanjangan, dan ketika ada bercak-bercak darah dari batuk. "Tak peduli itu jenis batuk produktif atau nonproduktif, segeralah ke dokter," ujarnya.

Risiko semakin besar jika penderita dikenal sebagai seorang perokok aktif, bekerja di area penuh debu, atau hidup di wilayah dengan polusi tinggi. Ada kemungkinan didapati infeksi tuberkulosis paru-paru (TB paru), bronkhitis akut atau kronis. Bahkan mungkin saja sesuatu yang bersifat kanker. Serangkaian tes termasuk foto rontgen harus dilakukan untuk memastikan kondisi organ vital dalam tubuh.

Jika masalah pada saluran pernapasan ini terabaikan, Anwar tak menampik bakal mengancam jiwa seseorang. Termasuk adanya ancaman penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Kondisi ini terjadi saat  fungsi paru-paru menurun lantaran serangan penyakit batuk berkepanjangan.

Pasien PPOK, kata dia, hanya sanggup berusaha memperlambat proses kerusakan. Lantaran penyakit ini biasanya terjadi karena bronkitis dan emfisema. "Ciri bronkitis kronis adalah batuk yang terkadang disertai pilek atau influenza. Gejala ini terjadi kira-kira selama tiga bulan, dua kali setahun, dalam waktu dua tahun berturut-turut," ujar dia.

Sedangkan, emfisema adalah kondisi memburuknya fungsi alveoli, tempat terjadi pertukaran gas antara oksigen, dan karbondioksida di dalam paru-paru. Rusaknya alveoli membuat paru-paru kehilangan elastisitasnya. Akibatnya, karbondioksida terperangkap dan oksigen sulit untuk masuk.

Kondisi inilah yang membuat penderita PPOK bernapas pendek. "Semestinya, kondisi ini bisa diatasi pada fase-fase awal, ketika bronkitis tersebut masih belum kronis dan masalah pada alveoli masih bisa diatasi," cetusnya.

Senior Brand Manager OBH Combi Aryana Jasiman menawarkan solusi pencegahan agar penderita batuk tak sampai masuk fase PPOK. Obat batuk berbahan alami Succus Liquiritiae, menurutnya, diakui oleh WHO, Chinese Pharmakope dan Herbal Pharmakope, British Herbal Compendium, serta German Standard Licence. Bahan tersebut efektif berfungsi sebagai ekspektoran dan antitusif yang bekerja secara perifer, modifikasi viskositas cairan pada saluran pernapasan juga relaksasi otot polos sehingga mengurangi intensitas batuk. rep:indah wulandari  Ed:khoirul azwar

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement