Senin 07 Jul 2014 12:00 WIB

Likuiditas Bank akan Membaik

Red:

JAKARTA — Bank Indonesia (BI) memproyeksikan likuiditas perbankan akan membaik pada paruh II 2014. Kendati demikian, BI mengarahkan agar pertumbuhan kredit bank ditekan ke angka 15-17 persen.

Deputi Gubernur BI sekaligus Deputi Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Halim Alamsyah mengatakan, likuiditas bank akan membaik karena adanya pemasukan modal dari luar negeri. Namun, hal tersebut bergantung pada pemerintah baru yang akan terbentuk usai pemilu.

"Pemasukan modal dari luar negeri masih akan berjalan, tapi bergantung bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah yang akan terbentuk pada masa depan," ujar Halim, Ahad (6/7). Faktor lainnya, yaitu rekening pemerintah yang semakin ekspansif.

Ia pun memperkirakan beberapa bank akan menaikkan bunga deposito untuk nasabah-nasabah besar, terutama nasabah dengan deposito di atas Rp 25 miliar. Kenaikan bunga dilakukan agar kreditnya terus ekspansif.

Halim mengatakan, BI akan terus memantau bank yang masih menaikkan suku bunga simpanan. "Kita tak akan diam melihat suku bunga naik terus tak terkendali, lalu mereka masih mengejar kreditnya," katanya. Ia melihat bahwa ada beberapa bank yang masih mendahulukan kenaikan pertumbuhan kredit.

Padahal, menurut Halim, BI sudah mewanti-wanti agar jangan sampai pertumbuhan kredit naik tinggi saat ekonomi melambat. BI mengkhawatirkan kredit bermasalah (NPL) akan meningkat karena kredit yang terlalu besar penyalurannya.

Selain itu, kenaikan bunga simpanan pun menggerus marjin perbankan. Halim memproyeksikan, marjin beberapa bank akan tertekan di semester II jika bank tersebut tidak mau menurunkan suku bunga depositonya.

"Memang selama ini bank mengorbankan marjinnya. Marjin dari bank turun karena ingin mengejar dana dengan menambah atau memberikan insentif suku bunga dinaikkan. Sementara, suku bunga kredit belum naik," ujarnya.

Presiden Direktur Bank Danamon Indonesia Henry Ho berharap likuiditas akan membaik pada semester II. Meskipun, ia masih mengkhawatirkan transaksi berjalan Indonesia yang masih defisit. Indonesia pun masih mengalami defisit fiskal. Kedua hal tersebut telah menekan nilai tukar rupiah.

Untuk mendukung nilai tukar, suku bunga masih harus tinggi. BI sejauh ini masih mempertahankan suku bunga acuan pada level 7,5 persen. Suku bunga pinjaman dan suku bunga deposito juga dipertahankan pada 7,5 persen dan 5,75 persen.

Menurutnya, bank-bank yang membutuhkan likuiditas masih akan menaikkan suku bunga depositonya. Kenaikan suku bunga tersebut menggerus marjin. Henry Ho mengakui marjin bunga bersin (NIM) Danamon akan kurang dari sembilan persen pada kuartal II karena biaya dana sudah meningkat lebih dari 175 basis poin.

Ketua Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit Pramono mengatakan, rasio kredit terhadap simpanan (LDR) yang tinggi merupakan sesuatu yang harus diwaspadai. Masalahnya, rasio kredit terhadap produk domestik bruto (PDB) di Indonesia masih rendah. Itu berarti penyaluran kredit masih harus ditingkatkan.

"Kalau modal tak ditambah, kredit tak mungkin ditambah lagi. LDR-nya sudah tinggi sekali," katanya. Menurut penelitian Perbanas, permodalan termasuk masalah paling mendasar di perbankan nasional. Ia memproyeksikan semua bank, baik bank BUMN, swasta, maupun daerah, perlu menginjeksi modal.

Bank juga harus memiliki perencanaan permodalan atau capital planning yang baik. Konsolidasi bank bisa menjadi cara lainnya untuk meningkatkan permodalan. Namun, cara tersebut tidak mudah. Apalagi, bagi bank milik negara.

Sementara itu, utang Luar Negeri (ULN) perbankan nasional yang tercantum dalam rencana bisnis bank (RBB) 2014 yang diajukan ke Bank Indonesia (BI) sebesar enam miliar dolar AS. Halim mengatakan, rencana pinjaman tersebut berasal dari bank nasional, baik bank besar maupun bank kecil. Beberapa melakukan pinjaman dari grupnya sendiri.

Halim mengatakan, pinjaman yang berasal dari grupnya sendiri tidak perlu melakukan lindung nilai. Sedangkan, bagi bank yang meminjam dari pihak luar memiliki opsi untuk melakukan lindung nilai. Saat ini, baru tiga miliar dolar AS ULN yang sudah disetujui BI. Dana tersebut digunakan bank untuk melakukan ekspansi dan membangun gedung. Beberapa hanya untuk dana siaga. rep:satya festiani  ed: fitria andayani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement