Senin 07 Jul 2014 12:00 WIB

Baju Bekas Banjiri Pasar

Red:

JAKARTA - Banyak orang ingin tampil gaya pada saat-saat istimewa. Untuk itu, beli baju bekas pun tak masalah, asal sesuai selera dan harganya cocok.

Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Agung Kuswandono mengatakan, pihaknya setiap tahun menangkap kapal-kapal berisi baju bekas atau dikenal dengan nama monza. Berkarung-karung baju bekas dikirimkan dari negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia. "Di daerah, baju-baju ini dibisniskan," kata Agung akhir pekan ini.

Pengiriman dilakukan dengan kapal melalui Selat Malaka, Jalur Nunukan. Satu karung, misalnya, bisa memuat sekitar 300 helai jeans. Karung bisa memuat lebih banyak pakaian yang lebih tipis seperti katun dan satin.

Berapa keuntungan yang didapat penjual? Ternyata nilainya cukup lumayan. Menurut Agung, satu jeans dibeli dari negara asal sekitar Rp 300 ribu hingga Rp 400 ribu per buah. Penjual bisa menarik keuntungan sekitar Rp 50 ribu per helai.

Pantauan Republika, monza mudah pula ditemui di kota-kota besar seperti Jakarta. Tengok saja Pasar Poncol Senen yang tenar di kalangan mahasiswa. Deretan pedagang menjajakan ribuan model dan jenis monza dari segala era. Jika jeli, merek-merek ternama pun bisa dibawa pulang dengan harga supermiring.

Berdasarkan peraturan DJBC, pengiriman baju bekas menggunakan kapal tersebut melanggar peraturan impor. Potensi kerugian negara mencapai Rp 3,162 miliar per tahun. Hingga bulan Mei 2014, terdata 82 kasus telah ditangani oleh DJBC. Namun, belum ada aturan yang dijadikan dasar yang kuat selain pasal selundupan. "Jalan tikusnya banyak, jadi kita harus kerja sama dengan TNI dan kepolisian," kata Agung akhir pekan lalu.

Ratusan kapal berisi monza juga merambah daerah perbatasan. Ketika hari raya, jumlah kapal-kapal ini kian banyak dengan frekuensi bolak-balik semakin padat. Agung mengakui pihaknya sedikit kewalahan menghadapi hal ini karena terbatasnya anggaran. DJBC hanya memiliki 85 kapal untuk pengawasan di semua sektor.

Kehadiran monza dikatakan mengancam industri garmen dalam negeri. Terlebih permintaannya meningkat dari tahun ke tahun. Bukan hanya baju, melainkan aksesoris seperti tas, sepatu, dan lainnya. "Kedua adalah masalah harga diri bangsa, masak pakai bahan bekas orang? Itu kan sampah. Apakah kita yakin itu bebas kuman?" kata Agung.rep:meiliani fauziah ed: irwan kelana

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement