Sabtu 05 Jul 2014 22:09 WIB

Hatta: Energi Baru-Terbarukan Butuh Insentif Pemerintah

Rep: Ira Sasmita/ Red: Yudha Manggala P Putra
Hatta Rajasa

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Calon wakil presiden nomor urut satu, Hatta Rajasa, menyebut Prabowo-Hatta memiliki program jangka pendek, menengah dan panjang untuk mengatasi permasalahan di sektor energi. 

Dalam jangka pendek, Hatta menyebut peningkatan cadangan minyak dan gas via eksplorasi harus dilakukan.  Menyusul kemudian, pengembangan produksi sumur-sumur migas yang tua dengan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR).  "Ini juga untuk tambah cadangan tapi itu bersifat jangka pendek karena fosil," ujar Hatta.

Hatta menyampaikannya dalam debat kelima calon presiden dan wakil presiden yaitu di Hotel Bidakara, Jakarta, Sabtu (5/7) malam. 

Debat dimoderatori oleh Rektor Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Jawa Tengah, Sudharto P. Hadi.  Sedangkan untuk jangka menengah dan panjang, Hatta meyakinkan komitmen Prabowo-Hatta untuk mengembangkan energi baru terbarukan (EBT). 

Terdapat tiga kunci untuk meningkatkan kapasitas terpasang EBT yaitu insentif riset, peningkatan belanja negara (spending) dan pola bisnis yang menarik lewat feed in tariff.

"Di negara mana pun, EBT butuh insentif pemerintah.  Kami, berkomitmen meningkatan bauran energi dengan insentif dan feed in tariff untuk mendukung pola bisnis," kata Hatta.  Selain itu, kedua skema di atas, Hatta juga mengatakan penghematan energi penting.  Elastisitas energi sebesar 1,63 harus ditekan ke 0,8.  "Dan ini harus kita lakukan secara konsisten," ujar mantan menteri koordinator bidang perekonomian tersebut. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement