Jumat 04 Jul 2014 12:00 WIB
uswah

Raeni Kunci Sukses Ibadah dan Tilawah

Red:

DR 'Aidh al-Qarni dalam Bukunya La Tahzan (Jangan Bersedih) berpesan, orang hebat adalah mengubah lemon masam menjadi minuman lezat dan nikmat.

Begitulah orang-orang hebat menjalani kehidupan. Asam dan pahitnya kehidupan ia ubah menjadi kesuksesan yang nikmat.

Seperti tergambar dalam kisah seorang Muslimah muda, Raeni. Gadis kelahiran Kendal, 13 Januari 1993, mengubah perihnya kehidupan keluarga menjadi kesuksesan. Siapa yang menyangka, putri pengayuh becak ini menjadi mahasiswi lulusan terbaik Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang (UNNES) tahun 2014. Telah ia buktikan indeks prestasi 4 (summa cumlaude) diraihnya. Ia lulus dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,96.

Ia mendapat jamuan Presiden SBY sebagai mahasiswi penerima beasiswa bidik misi. Bahkan, sebuah foundation melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menawarinya beasiswa melanjutkan pendidikan pascasarjana ke Inggris.

Di balik semua pencapaiannya yang luar biasa, Raeni gadis desa biasa. Kendati sang Ayah hanya mampu menamatkan pendidikan sampai bangku SD, namun nasihat mengalir dari sang ayah. Ia mengaku, ayahnya menjadi motivasi dan mengajarinya kehidupan.

"Orang tua saya mengajari patuh pada agama. Kita mengabdikan diri dengan ibadah semaksimal mungkin," tuturnya kepada Republika, Selasa (1/7).

Raeni dikenal sebagai Muslimah yang taat beribadah. Kegemarannya bertilawah (membaca Alquran) membuatnya tergabung sebagai anggota One Day One Juz (ODOJ). Ia mengaku, setiap hari membaca Alquran satu atau dua juz.

Menurutnya, ibadah sumber kekuatan beraktivitas. Kendati ia mendapatkan peringkat akademis yang tinggi, ternyata gadis ini mengutamakan bertilawah Alquran ketimbang berkutat dengan diktat-diktat kuliahnya.

Raeni mengisahkan, waktu KKN ia mengalami penurunan semangat beribadah. "Waktu KKN kondisinya berkumpul dengan teman-teman dari berbagai ragam. Waktu itu ibadah saya menurun. Ternyata ada petunjuk dari Allah," paparnya.

Ketika itu, akibat kecerobohannya, Raeni kehilangan uang yang jumlahnya banyak. Ia panik karena kebutuhan dan kewajiban kuliah harus dilunasi. "Saya berpikir, ini kebutuhan banyak, jadi sedekahnya nanti dulu. Ternyata langsung diuji," paparnya.

Ia pun merenung. Ia menganggap musibah menimpanya merupakan peringatan Allah atas kelalaiannya beribadah. "Saya berpikir, mengapa saya bisa down. Saya akhirnya sadar dan semangat lagi. Akhirnya, uang itu ketemu. Hilangnya hari Selasa, Kamisnya kembali," kisahnya.

Semenjak itu, ia tak mau bermalas-malasan beribadah. Tilawah minimal satu juz merupakan kewajiban baginya setiap hari. Di samping itu, ia menambah dengan surat lain, seperti surah Yasin atau mengulang hafalan Alquran.

Raeni bertekad selama Ramadhan ini mengkhatamkan tilawah Alquran beberapa kali. "Kalau soal target, target itu harus tinggi," ujarnya ketika ditanya berapa kali akan menamatkan Alquran. Tapi, dia enggan menyebutkan jumlahnya.

Ia mengaku mengkhususkan waktu untuk tilawah, yakni selepas tarawih (sebelum tidur) dan setelah sahur. Selepas shalat Subuh ia melanjutkan tilawah Alquran untuk mengejar targetnya. "Jadi, abis Subuh jangan tidur," tambahnya.

Ditanya mengenai cita-cita, Raeni menjawab ingin menjadi guru atau dosen. Di samping itu, ia ingin mengangkat ekonomi kedua orang tuanya agar tidak letih mengayuh becak. Ia bahkan bertekad memberangkatkan kedua orang tuanya ke Tanah Suci.

"Saya pernah daftarkan bapak ke tabungan haji. Bapak bilang ndak usah. Itu nanti saja, yang jelas untuk kebutuhan kamu dulu. Kata bapak, orang yang mau menghajikan harus haji terlebih dahulu," papar Raeni.

Kendati demikian, tekad Raeni tak pudar. Ia ingat kerja keras bapak dan ibunya sehingga menghantarkannya bisa kuliah. Raeni mengisahkan, bagaimana ia diantar sang bapak dari Kendal ke Semarang pagi-pagi untuk mengikuti tes. Padahal, bapaknya baru pulang ke rumah pukul lima pagi. "Bapak kerja jaga malam. Pulang jam lima pagi, jam setengah enam diantar dari Kendal ke Semarang," kisahnya.

Dulu, ia agak minder dengan teman-temannya karena bapaknya seorang pengayuh becak. Namun, ia sadar, tak ada yang lebih mulia di sisi Allah kecuali derajat ketakwaan. "Kalau orang pekerjaannya halal, insya Allah berkah. Jadi, sekarang saya tidak malu," terangnya.

Saat ini, sang ayah tidak lagi bekerja sebagai pengayuh becak. Karena prestasi Raeni, Bupati Kendal menerima sang ayah sebagai tukang kebun di rumah dinasnya. Namun, saat Raeni melihat tukang becak, matanya berkaca-kaca. Selalu saja, ia seperti melihat ayahnya.

"Saya ingat, ketika bapak ke Semarang (waktu wisuda). Jalan di Semarang itu kan nanjak. Saya bilang, 'Bapak saya turun aja, kasihan berat dorongnya'. Tapi, bapak bilang ndak usah," kisahnya pilu.

Raeni tak tega melihat tubuh sang ayah bermandi keringat mendorong becak. Namun akhirnya, keduanya pun sampai di kampus UNNES. Senyum bangga di wajah sang ayah, Mugiyono, membawa penumpang wisudawan terbaik tahun ini, yang tak lain adalah putrinya. rep:hannan putra  ed: hafidz muftisany

***

Biodata:

Nama Lengkap/ panggilan     : Raeni

Tempat tanggal lahir             : Kendal, 13-01-1993

Pendidikan            

-SD 3 Langenharjo

-SMP 3 Patebon

-SMK 1 Kendal

-Universitas Negeri Semarang

Penghargaan/ prestasi   

-Juara 2 Lomba Karya Tulis Ekonomi Islam Tingkat Nasional 2010

-Juara 1 Festival Ekonomi-Essay Competition 2012

-Juara 1 Lomba Karya Tulis Ekonomi Islam Temu Ilmiah Nasional 2013

-Indeks Prestasi Kumulatif Tertinggi 4,00 2011

-Prestasi akademik tertinggi angkatan 2010, 2011, 2012

-Khafilah MTQ Nasional XIII Tahun 2013

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement