Ahad 29 Jun 2014 17:47 WIB

Mesin Parpol Berjalan Setengah-Setengah

Rep: c75/ Red: Esthi Maharani
Peneliti Utama Lembaga Survei Indonesia (LSI) Saiful Mujani (kiri) dan Guru Besar Psikologi Politik Universitas Indonesia Hamdi Muluk saat peluncuran hasil survei terbaru LSI di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Pengamat psikologi politik Universitas Indonesia (UI), Hamdi Muluk mengatakan mesin partai politik hanya berjalan setengah-setengah jelang proses pelaksanaan pemilihan presiden 9 Juli mendatang. Kondisi itu terjadi mulai dari Dewan Pimpinan Pusat (DPP) sampai tingkat ranting.

Tak mengherankan jika kerja mesin parpol diambil alih oleh para relawan capres-cawapres. Celakanya, relawan itu pun tak bekerja secara utuh dan terkoordinasi dengan baik.

"Mesin partai jalan separuh-separuh. Makanya diambil oleh relawan yang malah tidak terkoordinir," ujar pengamat psikologi politik, Hamdi Muluk saat diskusi "Benarkah Mesin Partai Politik Tak Bergerak di Pilpres 2014" di Jakarta Pusat, Ahad (29/6).

Ia menuturkan mesin partai yang tidak berjalan menyebabkan relawan mengambil alih sebagai upaya memenangkan capres-cawapres. Namun, tidak bagus juga jika relawan bekerja sporadis dan bekerja berdasarkan ketokohan.

Menurutnya, hal itu akan berdampak pada ketidakberlanjutan relawan-relawan untuk mendukung capres-cawapres yang ada.

"Relawan ini akan berpindah tergantung kepada sosok yang ada," katanya.

Hamdi Muluk mencontohkan di Amerika Serikat, relawan-relawan partai Republik dan partai yang bertahan. Di Indonesia, hampir semua partai-partai di Indonesia terpecah belah. Seperti, PKB, PPP dan partai Demokrat yang dukunganya terbelah. Meskipun diakuinya ada pula partai yang relatif solid seperti PDIP, PKS, dan Partai Gerindra.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement