Kamis 26 Jun 2014 12:41 WIB

Ini Alasan JK Dua Kali Kampanye di Aceh

Rep: Andi Ikhbal/ Red: Mansyur Faqih
Zaini Abdullah (kiri) bersama Jusuf Kalla di Banda Aceh, Rabu (25/6) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Gubernur Aceh, Zaini Abdullah mengajak masyarakat untuk tidak ragu memilih Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) dalam pilpres 9 Juli mendatang. Sebab, tanpa figur seorang JK dalam kepemerintahan, Aceh seperti daerah yang diobok-obok.

Dia menyatakan mendukung 100 persen keduanya untuk memimpin Indonesia lima tahun ke depan. Karena Jokowi-JK dinilai mampu menyejahterakan rakyat Aceh dan bangsa Indonesia.

"Hana pak JK, hana perdamaian (tanpa JK, tidak ada perdamaian)," kata Zaini kepada Republika usai mendampingi JK berziarah ke makam Tengku Chik Ditiro di Indrapuri, Aceh Besar, Kamis (26/6).

Dia mengakui, tanpa adanya JK dalam kepemerintahan Indonesia, Aceh seperti daerah yang tengah diobok-obok. Sebagai arsitek perdamaian Aceh, JK dianggap lebih mengetahui serta paham bagaimana karakteristik masyarakat di sini.

Namun, ia enggan berkomentar mengenai potensi perpecahan di Aceh. Hanya saja, sosok seperti JK yang dinilai tegas terhadap kebijakan daerah, menjadi hal yang diperlukan masyarakat Aceh. "Optimis kami, insya Allah besar. Kami harapkan Jokowi-JK di atas 65 persen pertolehan suaranya dari Aceh," ujar dia.

JK menambahkan, kekuatan Gubernur Aceh bersama para relawan tentunya menjadi modal besar untuk menang di ujung barat Indonesia. Ia bahkan dua kali mendatangi Aceh karena memang menjadi gerbang masuk negara ini.

"Selain itu, kemarin pertama kali awal kampanye saya pilih di Aceh karena daerah ini penting, dan waktu itu saya belum ketemu Zaini," ujar dia.

Dia menyatakan menghormati Zaini. Karena itu ia berniat bertemu dengannya di kunjungan keduannya. Ia percaya, gubernur dapat memaksimalkan dukungan, meski wakilnya menyatakan dukungan kepada pasangan calon lain.

Sebab, posisi gubernur dinilai lebih memiliki peranan ketimbang wakil. Sehingga, ada rasa optimis meski pecah dukungan. JK juga tak mempermasalahkan perbedaan pandangan itu yang hanya satu bulan.

"Tahapan pilpres kan cuma dua pekan lagi. Nanti kalau sudah pemilu, semua akan kembali menyatu lagi," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement