Jumat 20 Jun 2014 12:00 WIB

Impor Bawang Makin Gencar

Red:

Siapa pun pasti menyadari bila Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian besar. Namun, pernyataan tersebut kadang tak sesuai dengan kenyataan. Pasalnya, tidak semua komoditas pertanian mampu dihasilkan di bumi Ibu Pertiwi ini. Salah satunya, bawang putih.

Menjelang usia kemerdekaan ke-69 Indonesia, negeri ini termasuk pengimpor bawang putih. Hampir 100 persen bawang putih yang beredar di pasar dan dikonsumsi masyarakat merupakan kiriman dari Cina. "Posisi impor cukup besar karena bawang putih bukan kearifan kita," kata Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Rusman Heriawan di Jakarta, Kamis (19/6).

Dari seluruh stok bawang putih yang ada, 90 persen di antaranya merupakan bawang putih impor. Cina adalah negara produsen bawang putih terbesar.

Meskipun Indonesia mengimpor, bukan berarti negara ini tidak mampu menanam komoditas yang bermanfaat sebagai antioksidan ini. Indonesia, kata Rusman, pernah swasembada bawang putih. Namun, itu jauh ketika jumlah penduduk masih sedikit dan kebutuhan bawang putih pun tidak tinggi.

Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) Hasanuddin Ibrahim mengatakan, bawang putih merupakan komoditas yang cukup unik. "Tanaman ini perlu melewati beberapa proses, termasuk penanaman sedikit sebelum musim salju," kata Hasanuddin. Hal ini tentu saja tidak mungkin dilakukan di Indonesia. Sedangkan, Cina memungkinkan proses tersebut.

Sampai 1998, Indonesia bisa dikatakan mampu memenuhi kebutuhan bawang putih. Namun, pada akhirnya petani bawang putih harus bersaing secara alami dengan hasil dari Cina yang kualitasnya lebih baik.

Selain itu, bawang putih termasuk komoditas yang hanya bisa ditanam di dataran tinggi. Ada banyak komoditas lain yang juga hanya dapat ditanam di dataran tinggi, seperti teh dan kentang. Karena daya saingnya rendah, petani enggan menanam bawang putih dan merasa lebih menguntungkan menanam komoditas lain.

Itu bukan berarti petani berhenti menanam bawang putih. Hasanuddin mengatakan, masih ada petani Indonesia yang menanam bawang putih meskipun tidak banyak. Namun, karena baunya yang menyengat, kebanyakan bawang putih lokal dipakai untuk produksi jamu.

Sehingga, produksi bawang putih hanya sekadar menjaga agar tidak hilang dari Indonesia. Setiap tahun, Indonesia mengimpor sekira 400 ribu ton per tahun. Produksi lokal hanya sekira 10 ribu ton saja. Sedangkan, tren pertanian organik menunjukkan gejala peningkatan dari tahun ke tahun. Pada 2008 pasar produk organik di dunia sebesar 52 miliar dolar AS atau naik menjadi 54,9 miliar dolar AS pada 2009. Selanjutnya, pada 2012 kembali meningkat mencapai  65 miliar dolar AS. Rerata peningkatan produk organik sebesar lima miliar dolar AS.

Menurut Direktur Mutu dan Standardisasi Kementan Gardjita Budi, tren ini dipengaruhi kesadaran masyarakat akan pola hidup sehat. "Market share produk organik memang masih kecil. Tapi secara global, market share organik memang kecil bahkan di AS sekalipun. Namun, dari tahun ke tahun selalu ada peningkatan," kata Budi dalam sebuah diskusi di Bogor, Rabu (18/6).

Hingga saat ini, Kementan mencatat ada 179 petani yang menjadi binaan pertanian organik. Sebanyak 99 di antaranya sudah tersertifikasi. Jumlah ini diharapkan akan terus bertambah seiring gencarnya Kementan melakukan kampanye pertanian organik.rep:friska yolandha/c88 ed: zaky al hamzah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement