Rabu 18 Jun 2014 15:00 WIB

IPB: DAS Makin Kritis

Red:

JAKARTA -- Institut Pertanian Bogor (IPB) melaporkan sejumlah daerah aliran sungai (DAS) di Indonesia semakin kritis. Akibatnya, laju sedimentasi makin tinggi dan frekuensi banjir meningkat.

Peneliti IPB Rizaldi Boer mengatakan, jumlah DAS kritis meningkat setiap tahun. "Indonesia memiliki sekira 470 DAS dan jumlah yang kritis meningkat dua DAS setiap tahun," kata Rizaldi di Jakarta, Selasa (17/6). Pulau Jawa tampaknya wilayah yang memiliki kondisi DAS paling kritis. Berdasarkan laporan dari Kementerian Lingkungan hidup, hanya 50 dari 155 DAS di Pulau Jawa yang memiliki nol persen tutupan hutan.

Sementara, hanya 10 dari 155 DAS di Jawa yang persentase tutupan hutannya di atas 30 persen, misalnya, di Munjur, Bondoyudo, dan Banjati. Degradasi ini sudah terjadi sejak 1970-an. Kebanyakan degradasi DAS disebabkan penggunaan lahan untuk pertanian atau pun penggunaan lain, seperti permukiman dan pertambangan. Hal ini perlu menjadi perhatian, baik pemerintah maupun masyarakat untuk menjaga DAS.

Terdegradasinya DAS akan mengakibatkan persentase minimum dan maksimum debit air terganggu. Kondisi debit maksimum saat curah hujan tinggi akan mengakibatkan banjir di wilayah hilir. "Ini merupakan tantangan bagi kita untuk memelihara DAS karena merupakan faktor kunci untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim," kata Rizaldi.

Rizaldi juga melihat selama ini terjadi inkonsistensi rencana tata ruang. Pada 2010 gap antara rencana dan realisasi tata ruang nasional mencapai 32 persen. Diperkirakan, rasio ini akan meningkat menjadi 57 persen pada 2025 jika pemerintah tidak segera bertindak memperbaiki tata ruang. Pola pengelolaan lahan yang seperti saat ini akan mengakibatkan pengalihan fungsi lahan, terutama DAS, semakin masif. Apalagi, pertumbuhan penduduk semakin tinggi.

Menteri Kehutanan (Menhut) Zulkifli Hasan menambahkan fakta secara global menunjukkan, akibat degradasi lahan setiap tahun 12 juta hektare (ha), lahan menjadi tidak produktif. "Hal ini secara langsung memberi dampak terhadap kehidupan penduduk dunia sebanyak 1,5 miliar," paparnya.

Pada 2012 jumlah lahan kritis di Indonesia mencapai 27 juta ha. Jumlah ini terdiri atas 22 juta ha kategori kritis dan lima juta ha kategori agak kritis. "Kerusakan lahan dan hutan menjadi ancaman serius bagi daya dukung DAS sebagai penyangga sistem kehidupan," kata Menhut.

Salah satu upaya pemerintah dalam mengantisipasi ini adalah dengan mengajak swasta dan masyarakat bekerja sama. Melalui mitra swasta, pemerintah mengharapkan degradasi lahan dapat diperkecil.

Menurut Zulkifli, perusahaan yang menggunakan air dan sumber daya alam sebagai bahan baku utama komoditas usahanya harus ikut bertanggung jawab dalam melestarikan lingkungan. Perusahaan juga perlu menjadi bagian dalam pembangunan DAS, mulai dari hulu ke hilir.

Meskipun tahun ini anggaran Kementerian Kehutanan (Kemenhut) ikut dipangkas dalam rangka penghematan, Zulkifli mengharapkan, semangat menyelamatkan lingkungan tidak ikut terpangkas. "Di sinilah peran penting swasta, membantu pemerintah meningkatkan fungsi DAS," terangnya.

Sementara, Kemenhut melakukan penandatanganan Momorandum of Understanding (MoU) dengan sejumlah perusahaan bersamaan acara peringatan Hari Penanggulangan Degradasi Lahan Sedunia. Penandatanganan MoU dilakukan dua ditjen di Kemenhut dengan empat perusahaan. Yakni, Ditjen Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial, Ditjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, PT Tirta Investama, PT Aqua Golden Mississippi, PT Tirta Sibayakindo, dan PT Holcim Indonesia Tbk.

Sustainable Development Manager PT Tirta Investama Arman Abdul Rohman mengatakan, kerja sama ini merupakan penguatan hukum yang dilakukan perseroan. Tirta Investama telah bekerja sama dengan Kemenhut.rep:friska yolandha ed: zaky al hamzah

Lahan Kritis pada 2012

- Jumlah lahan kritis    27 juta ha

(+) Kategori    Luas (Juta ha)

Kritis            22

Agak kritis    5

Sumber: Kemenhut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement