Senin 16 Jun 2014 16:29 WIB

Tampil Cantik dengan Pernak-pernik Etnik

Red:

Saban tahun Pekan Raya Jakarta (PRJ) yang digelar di JIEXPO Kemayoran Jakarta, beragam jenis produk mulai dari peralatan elektronik, otomotif, hingga makanan dijajakan. Sayangnya, tidak semua pengunjung tertarik. Nah, bagi Anda yang akan berkunjung ke pameran yang digelar memperingati HUT DKI Jakarta itu, tak ada salahnya jika mengunjungi aksesori unik di stan budaya.

Cobalah mampir ke stan Sulawesi Selatan. Di sana kita bakal menemukan aneka kerajinan, salah satunya kerajinan dari kepompong ulat sutra. Kepompong ulat sutra dibentuk unik menjadi bros, cincin, hingga tusuk konde. Harganya pun bervariasi tergantung besar kecil dan tingkat kerumitannya.

Aksesori yang termurah berupa bros bunga seukuran koin lima ratusan. Untuk mendapatkan bros tersebut kita cukup membayar Rp 8.000. Sementara, untuk produk paling mahal adalah tusuk konde seharga Rp 60.000. Kerajinan dari kepompong ulat sutra memang menarik perhatian pengunjung. Warna-warna yang semarak serta bentuknya yang girly kerap menjadi incaran anak muda.

Samsul (36), pemilik stan, mengaku sudah menjalankan bisnisnya sejak 1996. Ketika ditemui Republika di stannya di hall B2, ia mengatakan, sambutan pengunjung terhadap produknya cukup baik. Sejak hari pertama dibuka, sudah ratusan bros dan cincin yang laku terjual. Samsul menjamin warna produknya akan awet karena ia menggunakan pewarna tekstil.

Menyebrang sedikit ke stan Kalimantan Utara (Kaltara), lima kabupaten di provinsi paling muda Indonesia itu juga tidak kalah menarik untuk dikunjungi. Nurjanah, BPMPT Kabupaten Bulungan, Kaltara, Selasa (10/6), menunjukkan kepada Republika salah satu buah tangan andalan dari stannya, yakni gendongan bayi dari Suku Dayak.

Harga satu buah gendongan bayi sebesar Rp 1,5 juta. "Memang cukup mahal, apalagi kalau orang kita untuk apa dibeli. Tetapi, detail yang ada bisa dilihat, kerumitannya, apalagi dengan hiasan-hiasan giginya," ujarnya.

Yeni Rahmini, pengrajin aksesori dari Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara, mengungkapkan proses pembuatannya yang cukup rumit. "Kalung yang terbuat dari kaca, harganya pertengahan, Rp 180 ribu-an. Karena kaca itu kita masak dulu pakai minyak tanah kemudian dicampur dengan pewarnanya, jadi warnanya awet nggak akan hilang," jelasnya.

Dari bumi Jakarta, stan perwakilan dari Kepulauan Seribu memanfaatkan limbah kerang untuk dijadikan suvenir. Buah tangan yang ditawarkan mulai dari yang terkecil seperti anting-anting sampai dengan lampu susun.

"Kami menggunakan bahan utama limbah kerang. Kita ambil dari sisa-sisa cangkang kerang di rumah makan-rumah makan. Jadi, kita nggak ambil dari laut atau merusak ekosistem laut," ungkap Toba pengisi stan dari daerah Kepulauan Seribu, PRJ, Kemayoran, Selasa (10/6).

Selain itu, ia mengaku terkadang menyusuri pinggiran pantai untuk mencari limbah-limbah cangkang kerang. Untuk satu pasang anting-anting, ia menjual dengan harga Rp 35 ribu, gelang dipatok kisaran Rp 15 ribu sampai Rp 35 ribu. Sedangkan, lampu tidur ia bandrol dengan kisaran harga Rp 200 ribu sampai Rp 2 juta. Untuk menjaga keberlangsungan usahanya, ia berusaha untuk meningkatkan kreativitas dengan menambah berbagai produk.

Ella Candra, pembeli lampu tidur, mengaku senang dengan karya yang dihasilkan oleh Toba. Menurutnya, kerajinan semacam ini jarang ditemukan. "Bagus sekali. Apalagi, lampu tidurnya bermotif macam-macam. Ada yang kerangnya disusun jadi seperti bunga rose, sedap malam, melati, pokoknya kreatif deh," ungkapnya.

rep:c88/ c90 ed: karta raharja ucu

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement