Jumat 13 Jun 2014 21:38 WIB

Pernyataan Direktur Eksekutif LSN Dianggap Tak Tepat

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Mansyur Faqih
Siluet juru kamera berlatar belakang layar monitor yang menunjukkan hasil suvei Lemabag Survei Nasional (LSN) mengenai elektabilitas calon presiden dan calon wakil presiden di Jakarta, Kamis (12/6).
Foto: Aditya Pradana Putra/Republika
Siluet juru kamera berlatar belakang layar monitor yang menunjukkan hasil suvei Lemabag Survei Nasional (LSN) mengenai elektabilitas calon presiden dan calon wakil presiden di Jakarta, Kamis (12/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Soegeng Saryadi School of Government (SSSG) Fadjroel Rachman menilai, pernyataan Direktur Eksekutif Lembaga Survei Nasional (LSN) Umar Bakry, yang secara tidak langsung menyebut lembaga survei sudah berpihak pada capres tertentu, sangat tidak tepat.

Menurutnya, selama survei dilakukan dengan metode ilmiah, maka hasilnya tidak akan berpihak. Sekali pun masing-masing peneliti telah memiliki preferensi pribadi pada capres tertentu. 

"Metodologi ilmiah tidak berpihak. Pasti imparsial," ujarnya di Media Center Jokowi-JK, Jalan Cemara Nomor 19, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (13/6).

Fadjroel menegaskan, metodologi yang digunakan untuk melakukan survei di mana-mana pasti sama. Mulai dari menentukan populasi, mengukur sampling, sampai membuat pertanyaan. Sehingga, tidak mungkin hasilnya berpihak. "Pernyataan Umar telah menghina lembaga survei," kata dia.

Sebelumnya, LSN merilis hasil survei yang menempatkan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa unggul dari Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK). Hasil survei yang dilakukan selama satu pekan tersebut menyatakan, elektabilitas Prabowo-Hatta 46,3 persen. Sementara Jokowi-JK 38,8 persen.

Hasil survei itu kemudian diragukan banyak pihak. Penyebabnya tentu karena hasil survei itu terlalu jauh berbeda dengan hasil survei-survei lain. Selama ini, sejumlah lembaga survei selalu menempatkan pasangan Jokowi-JK di atas Prabowo-Hatta. 

Keraguan publik itu kemudian ditanggapi oleh Direktur LSN Umar Bakry. Dia menyebut selama ini opini publik sudah menempatkan Jokowi-JK sebagai pemenang pilpres. Hal itu karena kebanyakan lembaga survei, baik yang sudah condong pada capres tertentu mau pun independen, selalu menempatkan Jokowi-JK di posisi teratas. 

Sehingga, publik menganggap bahwa hasil survei yang benar adalah yang menempatkan Jokowi-JK di posisi nomor satu. "Orang akan menganggap bahwa yang benar ya yang paling banyak," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement