Jumat 13 Jun 2014 12:00 WIB
rehal

Menjadi Sufi Itu Mudah

Red:

Sejatinya, semua orang rindu untuk selalu mendekat kepada Tuhan. Banyak jalan untuk itu, di antaranya melalui tasawuf. Namun, menjadi sufi bagi sebagian orang sangatlah berat dan sulit.

Penulis buku ini, seorang mursyid dari Amerika, menepis anggapan tersebut. Menurut doktor psikologi dari Harvard University itu, bertasawuf bukanlah mengasingkan diri dari hiruk-pikuk dunia untuk kemudian berdekatan dengan Tuhan. Pengembangan spiritual dan kehidupan sehari-hari dapat menyatu dalam harmoni.

Melalui metode obrolan antara guru dan murid, antara mursyid dan darwis, sufi yang dibaiat sebagai syekh atau mursyid tarekat Halveti-Jerrahi pada 1985 itu menyampaikan ajaran-ajaran tasawuf secara ringan, tanpa menggurui, dan mengantarkan kita pada perenungan. Hasilnya, kita yang membacanya ingin lebih memperpendek jarak kita dengan Tuhan dan senantiasa ingin menyertakan Tuhan dalam aktivitas sehari-hari kita.

Seperti dikatakan dalam pengantar, buku ini merupakan obrolan sufi yang dalam bahasa Turki disebut sohbet. Obrolan-obrolan yang kemudian dihimpun dalam buku ini berasal dari sohbet-sohbet yang diberikan oleh Syekh Frager setiap minggunya di pondok sufi Halveti-Jerrahi di Redwood City, California, Amerika Serikat, selama 10 tahun terakhir.

Secara keseluruhan buku ini dibagi menjadi 21 bab (obrolan). Obrolan pada bab satu sampai tiga fokus pada bagaimana mengatasi rintangan-rintangan di jalan ruhani, khususnya menghadapi ego yang disebut nafsu. Bab empat sampai tujuh membahas proses pencarian Tuhan dalam hati dan jiwa kita dan di dunia sekitar kita. “Segala sesuatu di dunia ini yang bisa berkarat pasti ada pemolesnya dan pemoles hati adalah zikir.” (hlm 71).

Bab delapan mengisahkan kisah-kisah dan legenda-legenda tentang Ibrahim bin Adham, salah seorang wali sufi besar, yang meninggalkan takhtanya sebagai raja untuk menjadi darwis. Pada bab sembilan sampai 13, penulis membahas beberapa dasar praktik tasawuf, khususnya tentang adab, pengabdian, dan kemurahan hati. “Dalam Islam dan tasawuf, iman harus diungkapkan dalam wujud tindakan.” (hlm 215).

Bab 14-17  merupakan sohbet yang disampaikan pada berbagai momen dan acara-acara khusus, termasuk bulan Ramadhan dan Malam al-Qadar pada Ramadhan, pada Malam Tahun Baru dan pada sebuah acara pernikahan yang dilaksanakan di pondok sufi Jerrahi di Redwood City. “Sewaktu kita berpuasa, para malaikat yang bertugas  mencatat amal buruk berhenti mencatatnya dan hanya amal baik kita yang dituliskannya.” (hlm 265)

Bab 18-21 menggambarkan nilai-nilai agung tasawuf tentang kefakiran, kebaikan hati, tanggung jawab seorang manusia atas kehidupan ruhani dan keterlepasan dari dunia. “Kita mesti menikmati dunia dan hidup dengan layak, tetapi tidak berlebih-lebihan.” (hlm 371).

Membaca buku ini kita bisa memahami bahwa menjadi sufi mudah dan tidak berbelit. Lebih dari itu, membaca buku ini juga sangat bermanfaat untuk transformasi hati, jiwa, dan ruh. rep:irwan kelana ed: hafidz muftisany

Judul: Obrolan Sufi untuk Transformasi Hati, Jiwa dan Ruh

Penulis: Robert  Frager PhD

Penerbit: Zaman

Cetakan: I, 2013

Tebal: 395 hlm

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement