Rabu 11 Jun 2014 13:00 WIB
debat capres-cawapres 2014

debat capres-cawapres 2014- Zainal Arifin Mochtar, Moderator Debat Perdana Capres-Cawapres 2014: Saya tak Bisa Mengubah Format Debat yang Disodorkan KPU

Red:

Bagaimana perasaan awal Anda setelah selesai memandu acara debat capres-cawapres, Senin (9/6) malam?

Memandu acara yang ditonton oleh ratusan juta rakyat Indonesia memang tidak mudah. Apalagi, acara yang dipandu adalah debat capres-cawapres yang merupakan momentum penting dalam proses berdemokrasi bangsa Indonesia. Setelah debat selesai, di media sosial ramai orang membahasnya. Ada orang yang mencibir performa saya, tetapi tidak sedikit juga orang yang menyampaikan memuji. Saya dibilang terlalu panjang mengajukan pertanyaan hingga terlalu sibuk mengendalikan hadirin untuk tidak bertepuk tangan saat debat sedang berjalan.

Soal kritik itu, apa tanggapan Anda?

Saya pikir wajar orang berpendapat. Ada yang menanggapi baik ada yang tidak. Saya hanya menjalankan format dari apa yang telah disepakati oleh KPU dan tim sukses masing-masing pasangan.

Saat memandu acara, ada perasaan grogi?

Grogi memang ada, tapi hanya di awal saja. Kemudian, setelah sesi kedua dan seterusnya, saya bisa mengalir, nggak ada masalah. Setelah debat, saya di BBM (Blackberry Messenger) teman saya, seorang presenter terkenal. Dia saja bilang, meski sudah 12 tahun menjadi presenter, tapi masih grogi kalau memandu acara besar, apalagi acara penting seperti debat cawapres. Dia bilang begitu, jadi saya rasa wajar ada perasaan itu di awal.

Bagaimana ceritanya Anda ditunjuk oleh KPU menjadi moderator?

KPU awalnya mencalonkan beberapa orang untuk menjadi moderator. Salah satu di antaranya saya. Ada juga Profesor Saldi Isra, Siti Zuhro, dan Imam Prasojo. KPU kemudian sepakat dengan tim sukses masing-masing pasangan untuk menunjuk saya. Saya sendiri tidak tahu alasannya kenapa. Saya dihubungi Rabu (4/6) malam dan Kamis (5/6) pagi saya sudah di Jakarta dan langsung melakukan pertemuan.

Banyak orang yang menilai debatnya berjalan monoton dan terkesan kaku.

Saya itu hanya disodori format debat. Saya tidak bisa mengubah format debat yang disodorkan KPU karena itu kesepakatan antara KPU dan tim sukses masing-masing. Dalam Pasal 39 UU Pilpres menyatakan, kesepakatan soal debat dibuat oleh KPU dengan tim sukses. Moderator hanya menjalankan kesepakatan itu. Kalau ingin format diubah, silakan lakukan usulan ke KPU.

Anda juga dinilai terlalu sibuk mengurus penonton.

Ini yang harus dipahami. Sekali lagi, saya hanya menjalankan aturan. Sebelum acara dimulai, itu ribut sekali. Saling lempar yel-yel bahkan ada yang tidak sopan. Dalam kesepakatan penyelenggara dan tim sukses, penonton tidak boleh tepuk tangan dan gaduh selama ada yang bicara. Saya sebagai moderator hanya menegakkan kesepakatan itu.

Bagaimana metode dalam membuat pertanyaan?

Jadi, ada banyak masukan ke KPU dan saya pribadi terkait materi pertanyaan. Semua ditampilkan. Ada yang dari lembaga negara, KPK, masyarakat, dan berbagai elemen. KPU kemudian membentuk tim ahli dan saya diketemukan sama mereka. Ada 16 hal yang harus ditanyakan kepada capres-cawapres. Tetapi dengan waktu yang sedemikian singkat kan mustahil menanyakan semua itu. Akhirnya, pertanyaan praktis cuma menjadi lima. Dari 16 tema menjadi lima itu tidak mudah. Saya mencoba meramunya dan mendiskusikannya dengan tim ahli independen.

Siapa saja tim ahli independennya?

Ada Pak Saldi Isra, Imam Prasojo, dan Siti Zuhro.

Sebagai aktivis antikorupsi, bagaimana Anda melihat visi kedua pasangan khususnya tentang kepastian penegakan hukum?

Saya tidak bisa memberi komentar untuk itu. Tapi, saya punya banyak catatan. Keduanya ada plus minusnya. Baik pasangan Prabowo-Hatta maupun Jokowi-JK, dua-duanya punya catatan substantif. Yang paling inti sekarang adalah bagaimana masyarakat memilih tidak secara emosional tapi secara rasional. Kedua-duanya oke.rep:c30 ed: eh ismail

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement