Jumat 06 Jun 2014 14:00 WIB

Pesan Dalang Cilik Buat Capres

Red:

"Pak capres pak capres ... kalau sudah jadi nanti, tolong jangan ada anak-anak Indonesia yang mengemis di jalanan lagi ya. Berikan juga kami pendidikan gratis agar kami pintar serta berguna bagi nusa dan bangsa."

Ungkapan spontan itu diutarakan malu-malu oleh Sabrina (11) dan Natasha (10), dua siswi kelas V Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Azhar Kecamatan Bandung, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, sembari menggerak-gerakkan tangan wayang kardus bekas yang dipegangnya. Lontaran aspirasi tersebut langsung mendapat tanggapan dari dalang cilik Armayoga Fathurrahman yang sedang memainkan dua wayang kardus Capres Prabowo Subianto dan Joko Widodo.

Dengan gaya komunikasi yang ringan namun kocak, wayang calon presiden Prabowo dan Jokowi bergantian menjawab harapan anak-anak siswa-siswi MI Al-Azhar itu dengan pernyataan "oke". "Beres! Pokoknya semuanya bisa diatur," jawab nylekit dalang cilik Armayoga yang didapuk memainkan simulasi peragaan wayang kontemporer, dengan tema "Harapan Anak Indonesia untuk Pak Capres dan Cawapres" di rumah sanggar seni Padang Jingglang, Kota Tulungagung, Jawa Timur, pekan ini.

Permainan wayang kardus oleh sekitar 20 siswa-siswi kelas V MI Al-Azhar, Kecamatan Bandung, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, itu berlangsung gayeng dan penuh keceriaan. Sekalipun tema yang dibawa dalam peragaan wayang tergolong berat karena mengangkat isu pemilu presiden, namun mereka bisa memainkannya dalam simulasi pewayangan yang sederhana dan penuh keceriaan.

Kemampuan sang dalang dalam menampilkan adegan demi adegan disertai komunikasi yang spontan dan terkadang kocak khas gaya bicara anak-anak, menjadi salah satu kunci sukses peragaan simulasi wayang kardus bekas tersebut. Ia bahkan mampu "mencuri" karakter suara dan gaya bahasa kedua calon presiden RI Prabowo dan Jokowi, dengan menyitir isu khas yang melekat pada keduanya.

"Assalamualaikum. Apa kabar gorong-gorong," cetus kocak dalang Armayoga saat memainkan wayang kardus Jokowi di permulaan simulasi. Sapaan spontan tersebut tak pelak mendapat sambutan tawa dari penonton yang terdiri atas siswa-siswi dan guru pendamping MI Al Azhar, pengasuh sanggar seni Padang Jingglang, Anang Prasetyo, maupun sejumlah wartawan yang saat itu tengah meliput aktivitas mereka.

Peragaan wayang itu berlangsung kurang lebih 30 menit. Namun, karena digelar dadakan, panggung untuk bermain wayang oleh dalang cilik Armayoga juga dibuat serbadarurat. Memanfaatkan dipan kecil berukuran 50 X 150 sentimeter dan berketinggian tidak lebih dari 15 sentimeter, sepotong batang pisang yang telah dikuliti dipasang di atasnya untuk tempat menancapkan wayang kardus bekas.

Pentas dimulai dalang Armayoga dengan memainkan empat wayang kardus bekas dan sebuah wayang gunungan bertuliskan "guyub rukun", slogan khas warga Tulungagung yang bermakna hidup tenteram, damai, dan saling mendukung satu sama lain.

Sementara dalang Armayoga menghadap layar bermotif dan memainkan empat wayang kardus, termasuk dua wayang capres, 19 siswa-siswi kelas V MI Al Azhar lain bersama sejumlah guru pendamping menyaksikan dengan duduk berbaris di belakangnya sembari memegang wayang kardus bekas masing-masing. Peragaan dialog antara wayang kardus yang menggambarkan anak-anak Indonesia dan wayang capres Prabowo dan Jokowi berlangsung gayeng.

Riuh-rendah suara mereka terdengar bersahutan sembari memainkan wayang masing-masing saat siswa-siswi MI Al-Azhar itu menyampaikan sejumlah aspirasi mengenai mimpi akan kesejahteraan anak, pendidikan gratis, perlindungan dari ancaman kekerasan fisik dan seksual, masalah kenakalan remaja, hingga isu kesehatan murah dan kerukunan. "Pak Capres, siapa pun dari kalian yang nanti jadi (presiden), yang penting jangan sampai lupa shalat lima waktu dan mengaji," cetus spontan beberapa siswa lain di akhir pementasan. antara  ed: muhammad fakhruddin

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement