Jumat 06 Jun 2014 14:00 WIB

Maersk Line Beri Jasa Pengiriman ke Asia

Red:

JAKARTA — Maersk Line Indonesia (MLI) telah mengaktifkan pengiriman langsung dari Indonesia ke wilayah Asia. Menurut perseroan, layanan langsung ini akan menghemat biaya operasional hingga 20 persen.

GM Trade and Marketing Maersk Muhammad Sofyan mengatakan, pengiriman langsung ini melayani dari Pelabuhan Bitung di Sulawesi Utara ke Tanjung Pelepas Johor, Malaysia. “Jalur langsung ini memangkas waktu transit lima sampai tujuh hari,” katanya, Kamis (5/6).

Layanan langsung akan membantu eksportir dalam meningkatkan efisiensi perusahaan. Tanpa layanan ini, eksportir perlu mengirimkan barang dari Bitung ke Jakarta dan baru kemudian dikirim ke Tanjung Pelepas. Sofyan menilai, hal ini memakan waktu yang cukup lama dan membebani eksportir.

Layanan tersebut baru dibuka sejak April 2014. Maersk merupakan satu-satunya penyedia jasa pengiriman langsung dari Bitung ke Tanjung Pelepas sebelum mencapai pasar utama Eropa dan Amerika Serikat. Layanan itu dinilai cukup efektif karena setiap pengiriman terdapat 60-80 kontainer yang dibawa. “Pengiriman dilakukan dua kali sebulan,” ujar Sofyan.

Jasa pengiriman langsung ini juga akan mengurangi kepadatan yang terjadi di pelabuhan di Jakarta. Sehingga, kegiatan ekspor impor akan terjadi lebih cepat dan ekonomi pun semakin menggeliat.

Maersk menilai, pertumbuhan ekonomi nasional masih sangat bergantung pada pertumbuhan infrastruktur. Saat ini, Indonesia masih kekurangan infrastruktur, terutama pelabuhan. Padahal, dari pelabuhan inilah kegiatan ekspor dan impor terjadi.

Presiden Direktur Maersk Indonesia Jakob F Sorensen mengatakan, permintaan barang manufaktur akan terus terjadi di AS dan Eropa. Indonesia memiliki peluang besar dalam memenuhi permintaan ini. Lalu lintas peti kemas akan terangkat olehnya.

Maersk Line Indonesia mengalami pertumbuhan ekspor sebesar enam persen hingga akhir triwulan I 2014 bila dibandingkan kuartal I tahun sebelumnya. Ekspor perseroan, terutama barang-barang dari industri kelapa sawit, sepatu, pakaian, kertas, dan tekstil. Ekspor ke pasar utama perseroan, yaitu AS dan Afrika Barat meningkat 20 persen. Sedangkan, ekspor ke Eropa tumbuh 12 persen.

Tingginya pertumbuhan ekspor ini mendorong kebutuhan infrastruktur pelabuhan yang lebih baik pula. Adanya rencana pembangunan pelabuhan baru di Surabaya diharapkan mampu mengurangi kepadatan pelabuhan utama Indonesia, Tanjung Priok.

Sebagian pelabuhan di Indonesia terbilang berukuran kecil dan terletak di tengah kota. Hal ini sangat menghambat pengiriman oleh perusahaan jasa peti kemas, terutama ketika menyandarkan kapalnya di pelabuhan. Kapal-kapal ini memerlukan ruang dan kedalaman yang lebih besar agar dapat masuk ke pelabuhan.

Pemerintah tengah mengembangkan Pelabuhan Kalibaru di Tanjung Priok. “Pelabuhan ini sudah selesai 25 persennya. Jika bisa dibuka tahun depan, kami bisa segera memanfaatkannya,” katanya.

rep:friska yolanda ed: fitria andayani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement