Kamis 05 Jun 2014 13:00 WIB

Sijori Kemanusiaan

Red:

Segitiga pertumbuhan SIJORI, pertama kali diumumkan pada 1989 oleh Wakil Perdana Menteri Singapura Goh Chok Tong. 'Segitiga pertumbuhan' ini diharapkan menjadi kunci skema regionalisasi Singapura pada 1980-an dan 1990-an. Merelokasi industri buruh ke daerah tetangga, seperti negara bagian Johor, Malaysia. Dikenal sebagai Wilayah Pembangunan Iskandar dan Pulau Batam di Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia.

Itulah mengapa disebut SIJORI yang merupakan akronim dari Singapura, Johor dan Kepulauan Riau. Singapura sebagai salah satu negara industri dihadapkan pada ekonomi biaya tinggi, akibat adanya peningkatan upah tenaga kerja dan sewa lahan.

Keadaan ini mendorong pemerintah Singapura mencari kawasan yang dapat menyediakan lahan dan tenaga kerja murah. Tapi, tetap mengedepankan keunggulan komparatif. Secara logis, Johor dan Kepualauan Riau muncul sebagai lokasi yang paling ekonomis untuk djadikan mitra. 

Apalagi, Singapura-Malaysia-Indonesia adalah negara ASEAN yang secara geografis berdekatan dan masing-masing memiliki keunggulan komparatif. Sehingga, memungkinkan ketiga negara membentuk suatu kerja sama pembangunan. Kerja sama tersebut lebih dikenal dengan nama SIJORI.

Konsep segitiga pertumbuhan SIJORI ini pun digunakan tokoh Palang Merah Indonesia (PMI) Sri Redjeki Chasanah Habibie Soedarsono, lebih dikenal dengan Sri Redjeki Soedarsono atau Bu Dar . Sebagai Ketua PMI Cabang Batam, ia menjalin kerja sama yang erat dengan Palang Merah Singapura dan Bulan Sabit Merah Johor.

Saat mengunjungi Singapura, pengurus Palang Merah Singapura Kolonel (Purnawirawan) Lim Theam Poh mengakui, aktivitas kemanusiaan Bu Dar sebagai pimpinan PMI Batam melintasi batas wilayah negara. “Sehingga, Bu Dar kami anggap sebagai saudara kami. Sebagai bagian dari aktivis Palang Merah Singapura,” kata Lim saat menerima kunjungan di kantornya pada Jumat (25/4).

Hadir dalam pertemuan itu, selain penulis adalah Khairuddin dari PMI Batam Siti Aisjah Basri dari Kemensos Dem Irfan Ginting dari SMA 38 Jakarta Betty Soeherman dan Yusdiana dari Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam.

Hal yang sama diakui pengurus Bulan Sabit Merah Johor Tong Lie Chong. Ia pun tak sungkan untuk datang mengunjungi kegiatan bakti sosial yang dilakukan Bu Dar di Batam. “Kalau dipanggil Ibu ke Batam, saya pasti datang. Beliau senior kami sebagai aktivis kemanusiaan. Nama Bu Dar dikenal aktivis Bulan Sabit Merah Johor,” ungkap Thong di Batam, Sabtu (26/4). 

PMI Batam juga kerap mengadakan jambore untuk palang merah remaja atau bulan sabit merah remaja SIJORI. Sehingga, aktivis muda ini sudah berkenalan sejak awal dan tidak canggung lagi ketika melakukan kerja sama untuk bendera kemanusiaan.

Melalui Sri Redjeki Soedarsono pula Palang Merah Singapura dan Bulan Sabit Merah Johor bersama-sama turun langsung ke sejumlah daerah bencana alam di Indonesia. Ia menjadi jangkar bagi kerja sama tiga negara, bahkan termasuk Palang Merah Thailand.

Palang Merah Indonesia Kota Batam awalnya dirintis pada 1990 almarhum Mayjen (Purn) Soedarsono Darmosuwito yang merupakan suami dari Sri Redjeki Soedarsono. Inilah sesungguhnya organisasi Kepalangmerahan pertama di Indonesia setingkat kabupaten/kota yang kepengurusannya disahkan pusat. Dan, merupakan bagian perwakilan PMI Pusat.

Setelah berkiprah sejak 1990–1995, PMI Batam dinilai PMI Pusat sangat baik kegiatannya. Memperhatikan kondisi perkembangan kesehatan di Kota Batam maka pada 1997 didirikan Unit Transfusi Darah PMI Cabang Batam guna memenuhi kebutuhan akan darah transfusi untuk keperluan medis di rumah sakit. Sejak 28 Mei 2000, Sri Soedarsono memimpin lembaga kemanusiaan ini hingga sekarang, setelah melalui beberapa kali musyawarah. rep: selamat ginting

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement