Senin 02 Jun 2014 19:15 WIB

Dubes AS Lantik Relawan Peace Corps di UMM

Dubes AS untuk Indonesia Robert Blake didampingi Rektor UMM Muhadjir Effendy
Foto: Humas UMM
Dubes AS untuk Indonesia Robert Blake didampingi Rektor UMM Muhadjir Effendy

REPUBLIKA.CO.ID, Dubes AS Lantik Relawan Peace Corps di UMM

 

MALANG -- Peran Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) sebagai host Pre Service Training (PST) bagi relawan Peace Corps asal Amerika Serikat (AS) ditutup dengan pelantikan relawan yang dipimpin langsung Duta Besar AS untuk Indonesia Robert Blake, di UMM Dome, Senin (2/6).

Kedatangan Blake di acara pelantikan ini sekaligus meneruskan tradisi pendahulunya, yakni Cameron Hume dan Scot Marciel. Tahun ini, menurut Asisten Rektor Bidang Kerjasama UMM Soeparto, adalah untuk kelima kalinya Kampus Putih bekerjasama dengan Peace Corps dan pemerintah AS sebagai host PST.

Menurut dia, UMM masih terus dipercaya sebagai mitra Peace Corps karena dipandang keberadaannya sangat strategis. Selain birokrasinya yang simpel, lanjutnya, UMM juga dinilai sangat kooperatif dan sungguh-sungguh dalam mengelola dan mendampingi para relawan.

Itulah sebabnya, kata Soeparto, ketika program ini ditawarkan secara terbuka untuk kampus lain, UMM kembali memenangkan kompetisi. “UMM adalah satu-satunya kampus mitra Peace Corps di Indonesia, bahkan kita dikontrak hingga 2017,” katanya bangga.

Dalam sambutannya, Blake menilai kiprah para relawan Peace Corps selama mengabdi di Indonesia sangat menentukan citra AS di mata warga Indonesia. “Selama ini, banyak warga Indonesia yang memiliki pandangan negatif terhadap Amerika. Karena itu, diharapkan para relawan Peace Corps bisa merubah miskonsepsi itu,” paparnya.

Tahun ini, jumlah relawan Peace Corps yang mengikuti PST di UMM sebanyak 63 orang. Hal itu meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya, mulai dari 2010 yang secara berturut-turut berjumlah 20, 30, 47 dan 54 orang pada 2013. Dengan demikian, setidaknya sudah ada 214 warga AS yang telah menguasai bahasa Indonesia berkat training di UMM.

Salah satu dari 63 relawan, Cait Hakala mengaku, 10 pekan pelatihan bahasa dan budaya membuatnya mengenal banyak masakan Indonesia. “Saya suka nasi goreng dan roti goreng,” kata Cait yang mengagumi keindahan kampus UMM walau tak sebesar kampus-kampus di AS.

Lain halnya dengan Russel Ferguson yang terkesan dengan keramahan mahasiswa UMM. ”Yang pasti mahasiswa di sini ramah-ramah. Dan saya pikir UMM sebagai universitas bagus,” kata Russel dalam bahasa Indonesia yang lumayan lancar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement