Jumat 30 May 2014 19:27 WIB

Kaum Muda Minim Pendidikan Politik

Rep: ahmad islamy jamil/ Red: Muhammad Hafil
DPD
Foto: Yogi Ardhi/Republika
DPD

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Menjelang digelarnya Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) 9 Juli mendatang, kepekaan kaum muda dalam mengenali figur para capres dan cawapres dinilai masih kurang. Mereka cenderung masih terjebak dengan berbagai informasi tendensius yang tersebar di media-media sosial.

Peneliti Maarif Institute, David Krisna Alka mengatakan, potensi pemilih muda di Indonesia terbilang besar, yakni mencapai 30 persen dari total pemilih yang ada. "Sayangnya, mereka cenderung hanya melihat di permukaan, belum membaca narasi historis kedua pasang kandidat secara utuh," ujar David dalam diskusi Perspektif yang digelar di Gedung DPD RI, Kompleks Parlemen Senayan, Jumat (30/5).

Kaum muda, kata dia, mestinya melihat lebih jauh lagi seperti apa visi, misi, dan program dari masing-masing capres/cawapres tersebut ke depan. Bukan ikut terjebak oleh fenomena media sosial yang saat ini marak menyebarkan ragam informasi menyesatkan tentang para kandidat. 

"Jadi jangan heran, kalau ternyata black campaign itu pemainnya justru didominasi oleh kaum muda. Karena mereka masih terjebak oleh info-info yang beredar di permukaan," kata dia lagi.

Bendahara Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) Bambang mengatakan, parpol-parpol di Indonesia telah gagal memberikan pendidikan politik bagi kaum muda. "Kita tahu, tidak sedikit dari mereka yang memilih menjadi golput ketika pemilu karena sudah tidak percaya lagi dengan parpol. Untuk jangka panjang ini tentunya tidak baik," ujarnya.

Di sisi lain, kata Bambang, kebanyakan media juga tidak mampu menyuguhkan tayangan politik yang mendidik. Masyarakat cenderung dicekoki dengan hal-hal buruk tentang politik, mulai dari korupsi, kekerasan, hingga negatif campaign.

Padahal, kata Bambang lagi, media sebenarnya bisa menjadi saluran untuk menyampaikan visi, misi, dan program-program para kandidat yang bertarung pada pilpres nanti. "Saya berpendapat, ini bisa menarik animo anak-anak muda. Tapi sejauh ini yang ditampilkan justru lebih banyak caci-maki saja."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement