Senin 26 May 2014 21:09 WIB

Cara Ini Cegah Penularan Leptospirosis

Perangkap Tikus
Foto: Antara
Perangkap Tikus

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebersihan pribadi dan sanitasi lingkungan yang baik merupakan kunci utama pencegahan penularan penyakit leptospirosis yang mayoritas ditularkan oleh tikus meskipun survei yang dilakukan oleh Badan Penelitian Veteriner (Balitvet) Kementerian Pertanian pada Mei 2011 menemukan anjing, babi, sapi dan kambing juga dapat melakukan penularan.

"Upaya pencegahan terhadap leptospirosis adalah dengan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) antara lain mencuci mencuci kaki, tangan dan bagian tubuh lainnya dengan sabun setelah bekerja di sawah atau dilingkungan yang tercemat dengan urine tikus atau hewan lainnya," ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Prof Tjandra Yoga Aditama dalam surat elektroniknya di Jakarta, Senin (26/5).

Dalam dua pekan, sebanyak lima orang tewas karena penyakit leptospirosis di Boyolali, Jawa Timur yang diduga tertular selepas bekerja di sawah yang juga merupakan salah satu tempat tikus berkeliaran. Tjandra mengatakan pekerja atau petani di sawah memang beresiko tinggi untuk tertular penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman/bakteri Leptospira itu sehingga diharapkan agar dapat menggunakan sepatu boot dan sarung tangan selama bekerja.

"Sanitasi lingkungan dapat dilakukan dengan membersihkan tempat-tempat sarang tikus atau melakukan pemberantasan binatang pengerat itu bila kondisi memungkinkan," ujar Tjandra.

Sedangkan untuk hewan penular leptospirosis lainnya, diharapkan untuk dapat dilakukan pemeliharaan yang baik oleh pemiliknya sehingga menghindarkan urine/kencing hewan itu mengalami kontak dengan lingkungan masyarakat atau melakukan vaksinasi.

Jika terlanjur tertular, maka pengobatan dilakukan dengan memberikan antibiotika yang sesuai baik secara oral maupun suntikan dimana antibiotika saat ini masih efektif untuk pengobatan leptospirosis.

Gejala dan tanda klinis penderita leptospirosis adalah dengan adanya demam mendadak (lebih dari 38,5 derajat Celcius), sakit kepala, nyeri otot betis sehingga kesulitan berjalan, lemah, kemerahan pada selaput putih mata (conjunctival suffusion) serta kekuningan (ikterik) pada mata dan kulit.

"Seseorang yang mempunyai gejala klinis tersebut hendaknya segera berobat ke pelayanan kesehatan, Puskesmas atau rumah sakit untuk menegakkan diagnosis dan pengobatan," ujar Tjandra.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement