Senin 14 Apr 2014 20:37 WIB

Ungkap TPS Fiktif, Petugas Panwas Sampang Diancam

Rep: Ira Sasmita/ Red: Mansyur Faqih
  Dua orang pemilih lansia dan tuna netra didampingi petugas di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 5 di Aula Bina Netra Wyata Guna, Jl Pajajaran, Bandung, Rabu (9/4). (Republika/Edi Yusuf)
Dua orang pemilih lansia dan tuna netra didampingi petugas di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 5 di Aula Bina Netra Wyata Guna, Jl Pajajaran, Bandung, Rabu (9/4). (Republika/Edi Yusuf)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang petugas panitia pengawas pemilu (Panwaslu) di Sampang, Madura, Jawa timur mendapat intimidasi dan ancaman. Yaitu saat hendak mengungkap adanya tempat pemungutan suara (TPS) fiktif tetapi dilaporkan memiliki perolehan suara di daerah tersebut.

"Kami temukan di Sampang ada dugaan TPS fiktif. TPS-nya enggak ada tapi hasil suaranya ada. Panwas Sampang terancam karena mengungkap itu," kata Komisioner Bawaslu, Daniel Zuchron di Jakarta, Senin (14/4).

Menurut Daniel, petugas panwas tersebut telah melaporkan ke Bawaslu pusat mengenai ancaman yang diterimanya. Dia juga meminta perlindungan keamanan dari kepolisian hingga pengungkapan TPS fiktif itu tuntas diusut.

Selain di Sampang, lanjut Daniel, ancaman dan intimidasi juga diterima petugas panwas di daerah lain. Sebelumnya, seorang Pengawas Pemilu Lapangan Desa Paliat, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep, Madura pernah menjadi korban kekerasan sehingga harus menjalani perawatan di rumah sakit.

Petugas PPL bernama Sugiono ini dianiaya oleh orang suruhan caleg DPRD Kabupaten Sumenep karena mengawasi kampanye tertutupnya pada 17 Maret 2014. Saat itu berhembus kabar, caleg petahana tersebut mengumpulkan kepala desa yang akan jadi tim kampanye.

Karena itu, Daniel meminta kepolisian yang telah diamanahi tugas untuk mengamankan pemilu hingga pelaksanaan pilpres turun tangan. Untuk memastikan petugas pengawas melakukan tugasnya tanpa dibayang-bayangi ancaman dan ketakutan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement