Ahad 30 Mar 2014 10:45 WIB

Impor Migas Ancam Kedaulatan

Rep: m akbar wijaya/ Red: Taufik Rachman
Gerindra dan Hanura
Foto: uggim.wp
Gerindra dan Hanura

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketergantungan Indonesia terhadap impor minyak dan gas bisa mengancam kedaulatan bangsa. Bayangkan jika suatu saat Indonesia diembargo, aktivitas dalam negeri bisa berhenti total.

"Kebutuhan migas untuk industri, transportasi, listrik, sampai rumah tangga mesti diimpor. Kalau diembargo aktivitas dalam negeri kita akan berhenti total," kata juru bicara kampanye nasional Partai Hanura, Hary Tanoesoedibjo dalam siaran pers Ahad (30/3).

Hary mengatakan kebutuhan BBM Indonesia sekitar 1,4 juta barel per hari. Sedangkan produksi minyak dalam negeri hanya sekitar 825.000 barel per hari. Itu pun tidak seluruhnya bisa diolah di kilang minyak di Indonesia karena kapasitas dan spesifikasi yang berbeda. Hanya sekitar 625.000 barel saja yang bisa diolah sisanya didapatkan dari impor.

Selain itu Hary mengatakan devisa impor gas membuat devisa Indonesia tergerus terus menerus. Ini karnea biaya impor untuk memenuhi kebutuhan minyak di Indonesia sebesar 100-120 juta dolar AS per hari. "Pemerintah harus berani berinvestasi dalam pembangunan kilang," ujarnya.

Hanura telah menyiapkan strategi menghentikan impor migas. Di antaranya, kata HT, Hanura akan mendorong keberadaan regulasi untuk mendorong eksplorasi lebih banyak lagi. "Harus ada ladang minyak yang baru.

Selama ini eksplorasi dan eksploitasi migas lebih berpusat di darat, karena di lepas pantai mahal. Padahal Indonesia ini mayoritas wilayahnya adalah lautan, kata Hary.

Selain itu Hary mengatakan  untuk ekplorasi daratan harus dipercepat prosesnya, misalnya soal perizinan, birokrasi tidak berbelit-belit. Hary menegaskan Partai Hanura memiliki komitmen dan visi misi yang jelas untuk mengubah Indonesia menjadi negara maju.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement