Rabu 26 Mar 2014 17:13 WIB

Guru Indonesia Juara Kompetisi Pembelajaran di Barcelona

Seorang guru sedang mengajar para siswa. (ilustrasi)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Seorang guru sedang mengajar para siswa. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saara Suaib Hanafi guru SMP Islam Al Azhar 9 Bekasi meraih juara "Learn-a-thon Award" untuk tema pembelajaran aktif abad 21 pada ajang Microsoft Global Education Forum di Barcelona, Spanyol pada 11-14 Maret lalu.

"Learn-a-thon adalah aktivitas 24 jam dimana para guru dibagi dalam kelompok-kelompok dengan rekan dari berbagai belahan dunia merancang kegiatan pembelajaran yang menampilkan penggunaan teknologi inovatif untuk tiga tema Milennium Development Goals, yakni kemiskinan, keberlanjutan dan kesetaraan gender," kata Direktur Sektor Publik Microsoft Indonesia Kertapradana Subagus kepada pers di Jakarta, Rabu.

Saara bergabung bersama dengan lima guru lainnya dari Kanada, Slovakia, Perancis, Kenya dan Argentina dalam satu tim menyiapkan presentasi inovasi pembelajaran berbasis informasi teknologi dan komunikasi terkait tema kesetaraan gender.

Microsoft Global Education Forum merupakan ajang kompetisi pembelajaran berbasis teknologi yang setiap tahun diminati puluhan ribu guru dari seluruh dunia yang melakukan aplikasi online dan mengalami peningkatan peserta hingga 25 persen setiap tahunnya, kata Kertapradana.

"Tahun ini ada sekitar 300 guru Indonesia dari 23 ribu guru yang melakukan pendaftaran online untuk mengikuti ajang tersebut dan terseleksi tiga guru Indonesia dari 1100 guru untuk mengikuti ajang di Barcelona dan satu di antaranya yaitu Saara Suaib menjadi juara," katanya.

Sementara itu, Saara Suaib Hanafi mengatakan menjadi juara dalam ajang bergengsi dunia Learn-a-thon merupakan kebanggaan luar biasa karena peserta dipacu untuk berinovasi menggabungkan antara teknik mengajar dan pemanfaatan perangkat ICT mengusung tema konsep pembelajaran abad 21.

"Tantangan lebih berat ketika kami harus bergabung dalam tim guru yang berasal dari lima negara lainnya, terutama masalah penguasaan bahasa Inggris menjadi kendala karena dalam tim kami ada guru dari Slovakia, Argentina, dan Perancis yang tidak menmguasai bahasa Inggris dengan fasih sementara kami hanya diberikan waktu 24 jam untuk menghasilkan karya tentang teknik pembelajaran inovatif yang harus dipresentasikan dihadapan juri," kata Saara.

Namun, lanjutnya, kendala tersebut dapat diatasi karena pada dasarnya guru-guru dalam tim kami memiliki ide-ide inovatif dan kemampuan IT yang baik sehingga persoalan bahasa diatasi melalui software terjemahan bahasa yang disiapkan Microsoft.

"Sehingga dalam waktu ketat tim bisa menyajikan karya yang mengantarkan kami menjadi juara," tambahnya.

Saara mengatakan kemenagan yang diraih tidak sekadar berhenti pada hadiah yang diraih tetapi lebih penting adalah kesempatan untuk membuka jaringan dengan guru lain di seluruh dunia, membangun komunitas secara online untuk berbagi pengalaman inovasi pembelajaran yang sangat berharag untuk dibagikan kepada murid-murid dan guru-guru lain di sekolah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement