Rabu 26 Mar 2014 12:11 WIB

Tenaga Profesional Ekonomi Syariah Langka

Hotel syariah (ilustrasi)
Foto: Republika/Aditnya Pradana Putra
Hotel syariah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Kalangan profesional yang ingin mencari perubahan dalam karier bisa mempertimbangkan untuk bekerja di bank atau lembaga jasa keuangan syariah. Analisis ekonomi global menyatakan ke depan ekonomi syariah menawarkan banyak lowongan pekerjaan. Namun, lembaga keuangan syariah sering mengeluhkan kelangkaan profesional yang memiliki kualifikasi dan pengalaman. Khususnya kualifikasi untuk memajukan sektor syariah.

Kepala GCC di Chartered Institute of Management Accountants, Geetu Ahuja menyatakan, persaingan yang ketat akan meninggalkan mereka yang tak memiliki keterampilan. "Hanya visi untuk memajukan syariah tampak menjadi masalah," katanya, dikutip dari Gulfnews.com, Ahad (23/5). Dia menyampaikan, industri keuangan syariah terbuka untuk siapa saja. Tak hanya kalangan profesional muslim, namun juga non muslim.

Sekjen Asosiasi Perbankan Syariah Indonesia (Asbisindo), Achmad K Permana membenarkan, bahwa industri perbankan syariah terbuka bagi siapa saja. Apalagi saat ini, karena usia perbankan syariah di Indonesia yang masih begitu muda, membutuhkan banyak profesional. Sementara dunia perbankan tak membedakan antara yang non muslim dan muslim. Selama mereka profesional dan memiliki integritas dalam memajukan perbankan syariah.

Padahal aset industri keuangan syariah terus tumbuh hingga triliunan dolar AS. Estimasinya aset industri ini mencapai 2,64 triliun dolar AS pada tahun 2017. Namun ia tak melihat ada lembaga atau organisasi yang mendorong terpenuhinya kebutuhan profesional di industri syariah.

Laporan Studi Perencanaan Kerja Dubai International Academic city, setengah dari 60 bank di negara Teluk mengalami kesulitan memperkerjakan lulusan untuk level menengah. Sebanyak 23 persen responden juga menyampaikan hanya lima persen dari profesional yang bisa mengisi posisi bankir senior.

Wakil Presiden Senior Dubai Islamic Bank, Rashid Mahtoob berharap, universitas dan penyedia pelatihan harus memperbaiki program untuk mendukung industri syariah. Melengkapi bakat muda dengan kemampuan spesialisasi yang dibutuhkan industri.

Pengamat ekonomi syariah, Taufan Maulamin menyatakan, saat ini ahli ekonomi Islam masih sangat minim. Bahkan terdapat jurang besar antara kemampuan lulusan ekonomi syariah dan konvensional.

Lulusan ekonomi syariah, tutur dia, memiliki kemampuan ilmu hukum atau fiqh dan ekonomi yang sangat tanggung. Mereka yang belajar ekonomi syariah juga tak bisa menangkap nilai-nilai Islam.

Padahal sebenarnya ekonomi Islam itu sederhana, mudah dimengerti dan dijalankan. ''Mereka kadang hanya mengerti ekonomi syariah menggunakan margin bukan interest (bunga),'' ujar dia.

Menurut pelaku industri perbankan syariah, A Riawan Amin, industri perbankan syariah tak mempersoalkan banyak atau tidak lulusan ekonomi syariah. Justru, industri perbankan syariah lebih membutuhkan sumber daya insani yang ingin memajukan perbankan tanpa bunga tersebut.

Ia menjelaskan untuk memajukan perbankan syariah juga membutuhkan bankir konvensional. Hanya saja bankir yang memakai logika, jujur dan ingin membangun perbankan syariah. Daripada bankir syariah yang justru tak ingin mengembangkan ekonomi syariah itu sendiri. n ichsan emrald alamsyahe d: zaky al hamzah

Informasi dan berita lain selengkapnnya silakan dibaca di Republika, terimakasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement