Senin 17 Mar 2014 17:38 WIB

Jokowi Tak Ubah Peta Politik Internal Golkar

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Mansyur Faqih
M Qodari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah PDI Perjuangan mendeklarasikan Joko Widodo (Jokowi) sebagai capres pekan lalu, peluang kemenangan kandidat RI 1 dari partai-partai lain diperkirakan menipis. Belakangan, berkembang wacana soal kemungkinan Golkar mengusung cawapres dari kalangan mereka untuk disandingkan dengan gubernur DKI Jakarta tersebut.

Namun, pengamat politik M Qodari menilai skenario tersebut bakal sulit terealisasi. Menurutnya, Golkar tetap akan fokus pada pencapresan Aburizal Bakrie (Ical) pada pilres kali ini. Meski pun tidak menutup kemungkinan juga bila nantinya ada kader Golkar yang mbalelo dengan maju sebagai cawapres dari kendaraan (parpol) lain.

"Jika nanti ada kader Golkar yang diusulkan menjadi cawapres Jokowi, itu bukan sikap resmi Golkar. Melainkan sikap pribadi cawapres yang bersangkutan," tutur Direktur Eksekutif Indo Barometer itu saat dihubungi ROL, Senin (17/3).

Hal tersebut, kata dia, hampir sama kondisinya dengan pilpres 2004. Ketika itu, Golkar telah resmi mengusung Wiranto dan Salahuddin Wahid sebagai pasangan capres dan cawapres. 

Namun, Jusuf Kalla yang notabene juga kader Golkar, malah membelot dan memilih menjadi pendamping SBY yang didukung oleh Partai Demokrat dan koalisi. 

"Jadi, kalau ada kader Golkar yang menjadi cawapres dari kendaraan lain, itu sifatnya pribadi. Persis seperti pemilu 10 tahun lalu," tuturnya.

Sebelumnya, politikus Golkar Zainal Bintang mengatakan, kepastian PDI Perjuangan mengusung Jokowi sebagai capres bakal mengubah peta perpolitikan nasional. Termasuk di internal Golkar. Ia menilai peluang Ical memenangi pilpres 2014 menjadi kecil bila harus bertanding dengan mantan wali kota Solo itu. 

Karena itu, kata Zainal, Golkar sudah mesti mempertimbangkan skenario untuk mencalonkan wpares dari internal untuk disandingkan dengan Jokowi.

Namun, Qodari berpendapat, pandangan Zainal tersebut tidak bisa dianggap sebagai representasi suara mainstream Golkar. "Karena, dia bukan pengurus inti di Golkar, sehingga pemikirannya tidak mewakili partainya," ujar Qodari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement