Kamis 13 Mar 2014 17:23 WIB

Unhas Gelar Dialog Kebangsaan

Rep: Erdy Nasrul / Red: Muhammad Hafil
Kampus Universitas Hasanuddin
Kampus Universitas Hasanuddin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Sosial Politik Indonesia (ILMISPI) dan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Hasanuddin akan menggelar Temu dan Dialog Kebangsaan Generasi Muda. Acara diselenggarakan pada Jumat (14/3) di Pusat Kegiatan Penelitian Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan.

Presidium Nasional Ikatan Lembaga Ilmu Sosial dan Politik Indonesia (ILMISPI), Rheza Wahyu Anjaya, menyatakan tujuan dialog kebangsaan ini adalah untuk mengupas sejarah nilai-nilai kebangsaan yang melahirkan dan memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan. "Ini untuk menguatkan nilai-nilai kebangsaan bagi generasi muda penerus bangsa," jelasnya, saat dihubungi, Kamis (13/3).

Dialog kebangsaan yang akan diikuti oleh 200 Mahasiswa se-Sulsel ini, mengusung tema penguatan nilai-nilai kebangsaan untuk keutuhan NKRI. Dialog ini akan menghadirkan beberapa tokoh pembicara, diantaranya Sejarawan, Prof. Dr. Salim Said, Rektor Universitas Hasanuddin Makassar Prof. Dwia Aries Tina, MA, Ketua forum Pemred, Norjaman Mochtar dan Mantan Ketua Presidium Nasional ILMISPI, Fuad Bachmid.

Rheza menyatakan, materi yang akan disampaikan adalah tentang sejarah nilai-nilai kebangsaan yang melahirkan dan memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan. Ini untuk menjawab apa saja permasalahan yang dihadapi oleh budaya daerah dan apa saja upaya-upaya yang harus ditingkatkan demi memperkokoh budaya nasional.

Harapannya, kearifan budaya daerah dapat berfungsi sebagai salah satu sumber nilai-nilai yang luhur bagi maksud tersebut. "Dengan kata lain, kearifan budaya daerah bisa menjadi sumur yang tak kunjung kering di musim kemarau panjang, nilai-nilai kebijaksanaan bagi perwujudan cita-cita bangsa yang seimbang, baik secara lahiriah maupun batiniah," jelas Rheza.

Di samping berfungsi sebagai penyaring bagi nilai-nilai berasal dari luar, kearifan budaya daerah dapat juga digunakan untuk meredam gejolak-gejolak yang bersifat intern. Misalnya konflik masyarakat yang sesuku atau antarsuku. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement