Selasa 11 Mar 2014 12:00 WIB

Aksi Jual Asing Seret IHSG ke Zona Merah

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup di zona merah pada perdagangan, Senin (10/3). Aksi jual asing mendorong IHSG melemah 8,64 poin ke level 4.677,25.

Pelemahan IHSG menyeret saham berkapitalisasi besar LQ45 ke zona merah dengan pelemahan 0,22 persen. “Bergerak fluktuatif, IHSG ditutup negatif didorong aksi jual asing dan melemahnya saham sektor infrastruktur, keuangan, dan tambang,” kata analis Asia Financial Network Agus Susanto di Jakarta, Senin (10/3). Investor asing membukukan penjualan bersih (foreign net sell) senilai Rp 284 miliar. Sebanyak 4,58 miliar saham ditransaksikan senilai Rp 6,25 triliun.

Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada mengatakan, indeks BEI sempat berada di area positif. Namun, aksi jual saham lebih besar sehingga IHSG terkoreksi. “Awal pekan ini cenderung diwarnai aksi ambil untung setelah indeks BEI pada pekan lalu cenderung menguat,” katanya.

Tertekannya bursa saham di kawasan Asia, katanya, menambah sentimen negatif bagi pasar saham domestik apalagi sentimen yang ada di pasar tidak ada yang mendukung penguatan. Reza membenarkan aksi investor asing menambah tekanan bagi pasar saham domestik.

Transaksi perdagangan saham di pasar reguler BEI tercatat sebanyak 236.957 kali dengan volume mencapai 4,55 miliar lembar saham senilai Rp 6,11 triliun. Efek yang bergerak naik sebanyak 137 saham, efek yang melemah 179 saham, dan efek yang tidak bergerak nilainya (stagnan) tercatat 79 saham.

Saham-saham yang membuat IHSG tertekan berdasarkan rata-rata tertimbang, di antaranya saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang terkoreksi 4,79 persen, PT Bank BRI Tbk (BBRI) terkoreksi 1,89 persen, PT Danayasa Arthatama Tbk (SCBD) yang melemah 25 persen, dan PT Bank BCA Tbk (BBCA) yang turun 0,94 persen.

Sedangkan, bursa Asia ditutup negatif setelah ekspor Cina dilaporkan turun hingga 18 persen, sedangkan impor naik hingga 10 persen. Sehingga, Cina mencatatkan defisit hingga 23 miliar dolar AS. Ancaman perlambatan Cina tersebut juga membayangi pergerakan bursa Eropa yang dibuka negatif.

Selain itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali melemah. Sesuai data kurs referensi Bank Indonesia (BI) atau yang disebut dengan JISDOR, rupiah pada Senin (10/3) berada di level Rp 11.449 per dolar AS, melemah 54 poin dibandingkan dengan Jumat (7/3) yang berada di level Rp 11.395 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah pada Jumat tersebut menguat tajam dibandingkan hari sebelumnya. Rupiah menguat sebesar 159 poin dibandingkan Kamis (6/3) yang ditransaksikan pada level Rp 11.554 per dolar AS. Ekonom dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Tony Prasetyantono, mengatakan, koreksi pada nilai tukar saat ini masih wajar dan dapat dipahami. “Tidak mungkin menguat terus-menerus. Pasti ada jeda sesekali melemah,” ujar Tony, Senin.

n friska yolandha/satya festiani/antara ed: zaky al hamzah

Informasi dan berita lain selengkapnya bisa dibaca di Republika, terimakasih.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement