Rabu 05 Mar 2014 12:07 WIB

Aceh Puncaki Kerawanan Pemilu

Pegiat Pemilu Bersih melakukan aksi kampanye
Pegiat Pemilu Bersih melakukan aksi kampanye "Tolak Politik Uang" di Bundaran HI, Jakarta, Ahad (23/2). ( Republika/Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kapolri Jenderal Sutarman mengungkapkan, peristiwa penembakan caleg membuat Nanggroe Aceh Darussalam memuncaki daerah paling rawan menjelang Pemilu 2014. Kendati demikian, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Djoko Suyanto mengatakan, belum ada pengamanan khusus di Aceh.

“Nomor satu paling rawan ada di Aceh, lalu disusul Papua, Poso, dan beberapa daerah lainnya,” katanya, di Istana Kepresidenan, Selasa (4/3). Ia mengatakan, Aceh menempati urutan pertama karena pengalaman pemilihan umum nasional dan daerah terdahulu.

Ia menjelaskan, terkait peristiwa penyerangan posko caleg Partai Nasdem, sudah teridentifikasi ada dua orang pelaku. Sedangkan, penembakan caleg Partai Nasional Aceh (PNA) di Aceh Selatan belum diketahui dan masih diselidiki.

Menurutnya, rangkaian peristiwa tersebut tak lain didasari motif politik. Ia meyakini, konstelasi politik dan gangguan keamanan ketertiban masyarakat (kamtibmas) sudah mulai meningkat.

Karena itu, ia menegaskan pengamanan dilakukan secara ekstra untuk beberapa titik di tanah air. Instruksi pun sudah diberikan kepada kapolda setempat untuk segera memetakan titik kerawanan di daerah masing-masing.

Kapolri juga mengungkapkan temuan kepolisian soal modus intimidasi agar masyarakat tak menggunakan hak pilih. Menurutnya, gerakan itu sudah ada di Jawa Tengah.

Masyarakat dipaksa untuk memilih partai tertentu atau bahkan dipaksa untuk tidak memilih sama sekali. “Di beberapa daerah di pesisir selatan, kemudian juga di daerah Purworejo,” katanya.

Mengingat eskalasi kerawanan tersebut, Sutarman mengatakan, polisi siap mengawal secara fisik caleg yang merasa terancam. Pengamanan caleg yang merasa terancam akan diutamakan di daerah-daerah rawan seperti Aceh.

Sementara itu, Menko Polhukam Djoko Suyanto mengatakan belum ada pengamanan khusus di Aceh menyusul munculnya kekerasan yang diindikasikan bermotif politik. Ia mengatakan, peristiwa yang terjadi di Aceh tidak bisa menggeneralisasi kondisi pemilu di daerah lainnya.

“Ini kan hanya satu spot. Kalau itu terjadi di seluruh Indonesia, baru mengancam pemilu. Pemilu saja belum,” kata dia. Djoko mengatakan, aparat keamanan sedang mengusut pelaku penembakan caleg Aceh.

Kepala BIN Marciano Norman mengatakan, sweeping senjata api di Aceh mesti ditingkatkan menjelang pemilu. “Sweeping-sweeping terhadap senjata di Aceh harus dilakukan secara terus-menerus karena situasi ini sangat-sangat ternoda oleh kekerasan yang terjadi itu,” kata dia. n esthi maharani ed: fitriyan zamzami

Informasi dan berita lainnya silakan dibaca selengkapnya di Republika, terimakasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement