Sabtu 15 Feb 2014 16:36 WIB

Hayam Wuruk, Soekarno, dan Letusan Kelud, Siapa Presiden Berikutnya?

Abu vulkanik membumbung tinggi keluar dari Gunung Kelud terlihat di Desa Bladak, Blitar, Jatim, Jumat (14/2). (Antara/M Risyal Hidayat)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gunung Kelud pada Kamis (13/2) malam menunjukkan keperkasaannya dengan memuntahkan lahar panas, lontaran abu dan kerikil hingga berjarak ratusan kilometer setelah dalam waktu singkat dinaikan dari status "Waspada", "Siaga" menjadi "Awas".

Gunung yang berada di tiga kabupaten Jawa Timur itu, Blitar, Kediri dan Malang, termasuk gunung teraktif di tanah air bersama Gunung Merapi, Jawa Tengah. Gunung tersebut bertipe stratovulkan dengan karakteristik letusan eksplosif hingga dampak letusan pada Kamis malam mencapai ratusan kilometer. Pada abad ke-20, terjadi beberapa kali erupsi sejak 1901, 1919, 1951, 1966, dan 1990, kemudian abad ke-21, terjadi pada 2007, 2010 dan 2014.

Setidaknya bersamaan dari letusan Gunung Kelud tersebut, lahir dua tokoh yang menjadi cikal bakal pemimpin besar di nusantara ini, yakni, Hayam Wuruk, Raja ke-4 Majapahit dan Ir Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia.

Buku "Sejarah Raja-Raja Jawa dari Mataram Kuno hingga Mataram Islam" karya Krisna Bayu Adji dan Sri Wintala Achmad, menyebutkan Hayam Wuruk lahir dari pasangan Tribhuwana Wijaya Tunggadewi dan Kertawardhana Bhre Tumapel (Cakradara) pada 1334.

Dalam buku itu juga menyebutkan kelahiran Hayam Wuruk tersebut bersamaan dengan meletusnya Gunung Kelud dan gempa bumi di Panbanyu, serta ditandai dengan pengikraran "Sumpah Palapa" dari Patih Amangkubhumi Gajah Mada.

Hingga saat dirinya berusia 17 tahun, dinobatkan menjadi Raja Mahapahit ke-4 menggantikan Tribhuwana Wijaya Tunggadewi.

Semasa pemerintahannya itu, Majapahit berhasil mengembangkan wilayah kekuasannya sampai ke seluruh nusantara.

Demikian pula, Presiden RI Pertama Soekarno yang dilahirkan dua pekan setelah Gunung Kelud meletus pada 22-23 Mei 1901 pukul 06.00 WIB dari pasangan suami istri, Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai pada 6 Juni 1901.

Sebelumnya Soekarno bernama Koesno Soesrodihardjo namun karena sering sakit-sakitan hingga namanya diganti menjadi Soekarno.

Ibundanya berkata, "Kelak engkau akan menjadi orang yang mulia, engkau akan menjadi pemimpin dari rakyat kita, karena ibu melahirkanmu jam setengah enam pagi di saat fajar menyingsing."Kita orang Jawa mempunyai kepercayaan, bahwa orang yang dilahirkan di saat matahari terbit, nasibnya telah ditakdirkan terlebih dahulu. Jangan lupakan itu! Jangan sekali-kali kau lupakan Nak, bahwa engkau ini putra sang fajar".

Perkataan itu terbukti Presiden Soekarno yang dikenal dengan Bung Karno itu menjadi Presiden RI pertama dan namanya harum di seluruh dunia dengan nasionalismenya yang tinggi hingga dapat mempersatukan seluruh wilayah di nusantara, dan dia pun sangat anti kolonialisme dan imperialisme.

Nah, bagaimana dengan letusan Gunung Kelud saat ini, apakah akan melahirkan kembali pemimpin Bangsa Indonesia yang berkarakter dengan anti segala bentuk penjajahan dan berani menyatakan sikap demi kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan tidak berdiri di bawah ketiak bangsa asing. Kita menunggunya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement