Jumat 07 Feb 2014 12:19 WIB

Jangan Bangga Punya Anak Gendut, Ini Bahayanya

Rep: Desy Susilawati/ Red: Endah Hapsari
Pemberian gizi seimbang bisa membuat anak terhindar dari obesitas/ilustrasi
Foto: mailonline
Pemberian gizi seimbang bisa membuat anak terhindar dari obesitas/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Kebanyakan orang tua senang melihat anandanya doyan makan. Mereka bangga memiliki anak gemuk dengan pipi tembemnya yang mengge mas kan. Padahal, anak gemuk belum tentu sehat. Oleh karena itu, sebaiknya pantau kembali status gizi anak. Orang tua perlu mewaspadai jika anak mengalami kelebihan gizi (over weight) atau bahkan obesitas. Dr Laila Hayati MGizi SpGK menjelaskan, status gizi anak dapat dicek dengan menghitung indeks massa tubuhnya (IMT).

Cara menghitungnya, berat badan anak dalam satuan kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan anak dalam satuan meter persegi. Jika IMT anak di atas atau sama dengan 85 persen, anak masuk kategori gizi lebih. Lalu, kalau angkanya mencapai 95 persen berarti anak mengalami obesitas. Di samping pengecekan IMT, fisik anak juga menyediakan petunjuk status gizi. Anak yang kelebihan gizi akan memiliki jaringan lemak menonjol, terutama pada bagian payudara dan perutnya.

Anak yang obesitas berisiko tumbuh dengan kaki membentuk huruf O. Kondisi itu terjadi karena pada masa pertumbuhan tulangnya belum sempurna. Ketika bobotnya terlalu berat maka tungkai tulang anak yang sedang tumbuh itu akan bengkok. Jika dibiarkan, sampai dewasa ia akan terus seperti itu. Tak hanya itu, anak yang obesitas juga cenderung memiliki kelainan di bagian genitalnya. Anak laki-laki kemaluannya se perti tenggelam karena jaringan lemak di sekitar kemaluan meningkat. Kemaluan anak jadi terlihat kecil.

Sementara itu, anak perempuan akan mengalami masalah atau gangguan hormon yang berdampak pada siklus menstruasi nantinya. Penelitian di negara-negara maju menunjukkan peningkatan prevalensi obesitas pada anak usia sekolah. Masalah kesehatan ini kenya taannya bukan saja ada di negara maju, melainkan juga di negara berkembang, termasuk Indonesia. Obesitas terjadi karena energi yang masuk dari makanan lebih besar dibandingkan dengan energi yang dikeluarkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement