Senin 27 Jan 2014 08:48 WIB
Krisis Politik Mesir

Penguasa Mesir Kian Represif

  Sebuah bom mobil menghantam markas polisi Mesir di pusat kota Kairo, Mesir, Jumat (24/1).    (AP/Khalil Hamra)
Sebuah bom mobil menghantam markas polisi Mesir di pusat kota Kairo, Mesir, Jumat (24/1). (AP/Khalil Hamra)

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Suara helikopter masih meraung-raung di langit Kairo, Mesir, Ahad (26/1). Sejumlah tank juga bersiaga penuh di beberapa titik penting. Pasukan keamanan semakin memperketat pengawasan di seluruh penjuru Mesir usai bentrokan yang menewaskan 49 orang pada Sabtu. Lokasi bentrokan terjadi merata di sejumlah kota di Mesir.

Demonstrasi antipemerintah berlangsung di sejumlah daerah pada Sabtu. BBC menyebut pendukung presiden Mesir terguling, Muhammad Mursi, kejar-kejaran dengan polisi yang menembakkan peluru dan gas air mata. Polisi menangkap ratusan pengunjuk rasa dan menewaskan beberapa di antaranya. Pemerintah juga menangkap kelompok sekuler yang menentang rezim.

Pendukung Mursi yang sebagian besar terdiri dari massa Ikhwanul Muslimin ini memulai aksi protes 18 hari yang dimulai pada Sabtu untuk mencerminkan aksi protes 18 hari yang dilakukan tiga tahun lalu saat penggulingan mantan presiden Mesir Husni Mubarak pada 2011. Selama ini, Ikhwanul Muslimin yang menjadi kelompok rutin menggelar aksi protes sejak penggulingan Mursi. n gita amanda/dessy suciati saputri/reuters ed: m ikhsan shiddieqy

Informasi lengkap berita di atas serta berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement