Jumat 24 Jan 2014 06:06 WIB
Produksi Migas

Lifting Migas di Bawah Target

produksi minyak Indonesia
produksi minyak Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Lifting minyak dan gas (migas) kembali tak memenuhi target. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melansir realisasi lifting minyak bumi kumulatif sampai dengan triwulan IV tahun 2013 rata-rata 825 ribu barel per hari.

Direktur Pembinaan Program Migas Naryanto Wagimin menyatakan, nilai tersebut hanya 98 persen dibanding Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2013. Sedangkan, realisasi lifting gas bumi untuk periode yang sama mencapai 7.125 ribu juta metrik british thermal unit (mmbtu) per hari atau 99 persen terhadap target APBN-P 2013.

“Pencapaian target lifting migas masih menghadapi banyak kendala di lapangan, baik secara operasional, kegiatan pengembangan, maupun kendala nonteknis lainnya,” ujarnya, Kamis (23/1). Meski demikian, pemerintah selalu berupaya untuk mempertahankan, bahkan meningkatkan produksi migas pada tahun-tahun berikutnya.

Upaya untuk meningkatkan produksi migas, antara lain, optimalisasi perolehan minyak dan cadangan minyak yang ada pada lapangan-lapangan yang telah beroperasi. Hal ini dilakukan melalui peningkatan manajemen cadangan minyak, percepatan pengembangan lapangan baru, dan percepatan produksi lapangan baru dan lama.

Selain itu, meningkatan keandalan fasilitas produksi dan sarana penunjang untuk meningkatkan efisiensi dan menurunkan frekuensi penghentian kegiatan tambang tiba-tiba (unplanned shutdown). Kondisi tersebut, menurutnya, dapat menurunkan kehilangan peluang produksi minyak.

“Pemerintah juga berupa meningkatkan cadangan melalui kegiatan eksplorasi dan penerapan enhance oil recovery (EOR). Selanjutnya, meningkatkan koordinasi antarinstansi untuk mendukung operasi hulu migas dalam memfasilitasi percepatan proses perizinan dan pemanfaatan lahan untuk kegiatan operasi migas,” ujar Naryanto.

Sementara itu, harga minyak mentah Indonesia (ICP) juga hanya memenuhi 98,3 persen dari asumsi yang telah ditetapkan dalam APBN-P 2013. Nilainya hanya mencapai 105,82 dolar AS per barel. “Padahal, target yang diinginkan sebesar 108 dolar AS per barel,” ujarnya.

Menurutnya, hal tersebut sejalan dengan perkembangan harga minyak internasional selama 2013 yang memang sedikit mengalami penurunan. Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan stok minyak mentah dunia, meredanya ketegangan politik antara AS dan Iran, serta meningkatnya pasokan shale gas di Amerika Serikat dan Kanada.

Untuk 2014, pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah menyepakati lifting minyak bumi sebesar 870 ribu barel per hari dan gas bumi 7.175 ribu mmbtu. Sedangkan, ICP ditetapkan 105 dolar AS per barel dan nilai tukar rupiah Rp 10.500. Pemerintah daerah diminta menggunakan asumsi tersebut dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun ini.

Sekretaris Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Gde Pradnyana menyatakan, tak tercapainya target lifting tak bisa dihindarkan. Hal ini mengingatkan sumber daya migas di Indonesia relatif kecil karena sebagian besar sudah habis dikeruk. Sedangkan, konsumsi terus meningkat.

Oleh karena itu, Gde melanjutkan, eksplorasi migas sangat penting bagi penambahan cadangan karena cadangan minyak di Indonesia hanya tersisa 3,6 miliar barel. “Maka, untuk menambah cadangan, harus dilakukan pengeboran sumur,” ujarnya. Namun, kegiatan eksplorasi saat ini banyak mengalami kendala, yaitu perpajakan, perizinan, dan kepastian hukum.

Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Politik (LKP) Moestopo Didik Triana Hadi mengatakan perlu adanya sosialisasi kondisi migas Indonesia agar publik tidak terbuai dengan gaung yang selama ini menggambarkan Indonesia kaya akan migas. “Perlu adanya kesadaran bahwa energi harus diberdayagunakan secara maksimal dan sepenuhnya untuk kepentingan rakyat,” katanya. n aldian wahyu ramadhan ed: fitria andayani

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Mention Yukk, Satu jenis kosmetik yang ada di Meja rias Kamu!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement