Senin 20 Jan 2014 11:15 WIB
Produksi Ikan

KKP Berhasil Budi Dayakan Tuna Sirip Kuning

Ikan tuna, salah satu andalan ekspor hasil laut Indonesia.
Foto: http://www.ekobiz-parepare.com
Ikan tuna, salah satu andalan ekspor hasil laut Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Indonesia berhasil mengembangkan budi daya ikan tuna sirip kuning atau yellow fin tuna. Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia Sharif C Sutardjo menjelaskan, ikan tuna sirip kuning yang mempunyai nilai ekonomis tinggi di pasar dunia itu berhasil dibudidayakan oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budi Daya Laut (BBPPBL) Gondol Bali.

“Budi daya ikan tuna sebenarnya sudah lama kita uji cobakan. Bahkan, untuk domestikasi tuna telah berhasil dilakukan di Indonesia oleh BBPPBL Gondol di Bali 10 tahun yang lalu,” katanya seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, akhir pekan lalu.

Bahkan, Indonesia dinilai KKP akan mampu memproduksi benih ikan tuna sirip kuning dari tempat penetasan. Pembangunan tempat penetasan ikan tuna sirip kuning dilaksanakan pada 2014.

Peluang budi daya juga dinilainya masih sangat terbuka luas dengan didukung ketersediaan ikan tuna ukuran kecil di perairan Indonesia. “Untuk itu, budi daya ikan tuna di Indonesia mempunyai prospek yang sangat bagus mengingat bahwa produksi hasil penangkapan sudah tidak dapat ditingkatkan,” ujarnya.

Selain itu, dia menambahkan, daerah penangkapan semakin jauh dan tingkat hasil tangkapan per unit upaya atau catch per unit effort (CPUE) semakin rendah. Dengan adanya beberapa kendala tersebut, biaya penangkapan ikan tuna akan lebih tinggi dibandingkan biaya produksi ikan tuna dalam unit budi daya.

Di satu sisi, tren masyarakat dunia yang mulai beralih dari sumber protein daratan ke sumber protein laut memberikan dampak positif terhadap peningkatan usaha budi daya laut. Padahal, kata Sharif, pengembangan budi daya laut dinilai masih mempunyai peluang yang sangat besar. Dengan luas indikatif potensi lahan pengembangan budi daya laut nasional luas 4,58 juta hektare area (ha) sampai dengan 2011, namun baru dimanfaatkan untuk usaha budi daya sekitar 169.292 ha atau 3,69 persen.

“Banyak jenis ikan konsumsi yang mempunyai nilai jual tinggi,” tuturnya. Di antaranya, ikan kerapu, bawal bintang, kakap putih, dan tuna. Ikan-ikan tersebut merupakan  komoditas ekspor yang banyak diminati pasar dunia.

Sharif menegaskan, KKP terus berupaya menggenjot produksi perikanan budi daya melalui optimalisasi pemanfaatan potensi budi daya. Salah satunya adalah dengan mendorong percepatan pengembangan kawasan budi daya laut.

Prospek pengembangan budi daya laut, khususnya pada area off shore, mempunyai peluang besar sebagai alternatif usaha yang prospektif bagi masyarakat pesisir. Di antaranya, KKP melalui Ditjen Perikanan Budi Daya telah melakukan upaya strategis dalam mempercepat pengembangan kawasan budi daya ikan kerapu, yaitu melalui pengembangan model percontohan budi daya ikan kerapu di 10 kabupaten.

“Untuk kegiatan budi daya tuna, KKP melalui pengembangan industrialisasi kelautan dan perikanan pada 2013, memberikan bantuan berupa pembangunan fasilitas karamba jaring apung (KJA) di laut lepas sebanyak lima buah berdiameter 50 meter, dan sarana pendukungnya untuk kegiatan penggemukan atau fattening,” katanya. n rr laeny sulistyawati ed: irwan kelana

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement