Rabu 15 Jan 2014 07:37 WIB
Bantuan Pengungsi Suriah

RI Siap Sumbang Dana untuk Suriah

Pengungsi Suriah di Desa Al Marj, Lembah Bekaa, Lebanon.
Foto: EPA/Lucie Parsaghian
Pengungsi Suriah di Desa Al Marj, Lembah Bekaa, Lebanon.

REPUBLIKA.CO.ID, KUWAIT CITY - Indonesia berencana menyumbang dana untuk Suriah melalui Konferensi Internasional Donor untuk Suriah. Konferensi yang diadakan untuk menggalang dana bagi rakyat dan pengungsi Suriah tersebut akan digelar di Kuwait, Rabu (15/1).

Duta Besar Indonesia untuk Kuwait Ferry Adamhar mengatakan, Indonesia berkomitmen membantu Suriah melalui konferensi tersebut. Namun, ia enggan menyebutkan besarannya. Tahun lalu pun, kata dia, Indonesia juga memberi sumbangan untuk Suriah.

“Tetapi, komitmennya tidak disampaikan sehingga tidak tercantum di daftar negara pendonor,” ujar Ferry kepada wartawan Republika, Satya Festiani, di Kuwait City, Selasa (14/1).

Tahun lalu, Indonesia menyumbang dana untuk Suriah sebesar 500 ribu dolar AS. Dana tersebut didonasikan melalui organisasi di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). “Sumbangan kita waktu itu langsung ke organisasi PBB,” ujar dia.

Tahun lalu, jumlah sumbangan yang terkumpul dalam konferensi ini mencapai 1,5 miliar dolar AS. Sumbangan tersebut, antara lain, berasal dari Kuwait dan Uni Emirat Arab masing-masing sebesar 300 juta dolar AS. Lembaga swadaya masyarakat (LSM) di Kuwait juga menyumbang sebesar 183 juta dolar AS, disusul AS sebesar 155 juta dolar AS. Uni Eropa juga menyumbang 133 juta dolar AS, sementara Inggris menjadi penyumbang terbesar, yakni 81 juta dolar AS.

Tahun ini, lanjut Ferry, jumlah sumbangan diharapkan meningkat dua kali lipat. “Targetnya sebesar 2,6 miliar dolar AS,” ujar dia. Sumbangan tersebut akan diberikan kepada masyarakat di Suriah dan para pengungsi Suriah yang tersebar di negara-negara tetangga.

Ferry menilai, Konferensi Internasional Donor untuk Suriah yang dilaksanakan di Kuwait untuk kedua kalinya merupakan kesempatan bagi Kuwait untuk mempromosikan peranannya dalam PBB. Konferensi ini memang diinisiasi oleh PBB. “Kuwait menjadikannya sebagai soft power diplomacy. Sisi kemanusiaan yang diambil,” ujar dia.

Indonesia, lanjut Ferry, merupakan satu dari empat negara ASEAN yang diundang PBB untuk berpartisipasi dalam konferensi ini. Tiga negara lainnya adalah Malaysia, Brunei, dan Thailand. Tahun ini, Indonesia rencananya akan diwakili oleh Duta Besar Indonesia untuk Kuwait Ferry Adamhar. Ferry mengatakan, Menteri Luar Negeri RI Marty Natalegawa berhalangan hadir.

Digelar di Istana Bayan, konferensi ini akan dipimpin oleh Sekjen PBB Ban Ki-moon. Juru Bicara Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan Jens Laerke mengatakan, sedikitnya 9,3 juta rakyat Suriah membutuhkan bantuan. “Sebanyak 2,3 juta warga Suriah juga telah menjadi pengungsi di negara-negara tetangga. Mereka juga membutuhkan bantuan,” ujar dia. PBB berharap, dari ajang konferensi ini, dapat terkumpul dana sebesar 6,5 miliar dolar.

Sementara, dari Suriah dikabarkan, Koalisi Nasional Suriah sebagai kelompok oposisi utama di Suriah akan menggelar pemungutan suara untuk memutuskan apakah mereka akan menghadiri konferensi perdamaian Jenewa II atau tidak.

Seorang pejabat Koalisi Nasional Suriah, seperti dilaporkan BBC News, mengatakan, pihaknya perlu segera mengambil keputusan tentang hal itu mengingat Inggris dan Amerika Serikat (AS) mengancam untuk meninggalkan oposisi Suriah jika mereka tidak menghadiri konferensi tersebut.

Ancaman tersebut rupanya membuat kubu oposisi cemas. Sebab, dukungan politik dari AS dan Inggris merupakan hal yang penting bagi oposisi. n satya festiani/dessy suciati saputri ed: wachidah handasah

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement