Rabu 08 Jan 2014 05:17 WIB
Gen-I

Makin Akrab dengan Musik Digital

Charts iTunes Indonesia
Foto: jeruknipis
Charts iTunes Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, Cara mendengarkan musik bisa menjadi salah satu penanda zaman. Dulu, musik dinikmati lewat piringan hitam, kemudian musik berbah wujud menjadi kaset. Beberapa tahun kemudian, musik kembali bertransformasi kembali dalam bentuk CD. Kini, berkat pemikiran Steve Jobs, musik mendapatkan bentuk terbarunya, yaitu digital.

Perubahan besar dalam cara mendengarkan musik tersebut terjadi sejak 23 Oktober 2001, ketika perangkat Ipod diluncurkan. Sejak hari itu, industri musik pun memasuki era baru. Era ketika musik bisa dinikmati tanpa wujud dan gadget yang kita miliki adalah toko musik terlengkap di dunia.

Chief Editor DailySocial Aulia Masna mengungkapkan, industri musik di Indonesia sempat sangat bergantung pada layanan ringback tone (RBT). Layanan ini mencuat ketika penjualan album fisik terus memburuk selama 10 tahun terakhir, tepatnya sekitar pertengahan 2000-an. 

Tetapi, ternyata kejayaan RBT pun juga tak berlangsung lama. Kehadiran toko musik digital Itunes dengan download digital-nya, yang ditambah kebijakan pemerintah di saat itu, langsung menghabiskan napas RBT seketika.

"Kehadiran Itunes langsung menggeser cara menikmati musik. Penikmat yang tadinya harus membeli album, kini tinggal streaming dan mengunduh saja,” ujar Aulia.

Menurutnya, model //download// digital yang dipopulerkan Itunes sebenarnya kurang layak untuk masyarakat Indonesia. Sebab, model tersebut sangat bergantung pada kepemilikan kartu kredit. Sedangkan, populasi orang Indonesia yang menggunakan kartu kredit hanya berjumlah sekitar enam juta.

Selain itu, label musik lokal juga masih sangat mendukung model lagu terproteksi. Untuk bisa menemukan model yang tepat dalam mendistribusikan musik digital, kata Aulia, label harus mampu memahami dengan baik perilaku para konsumen musik.

Popularitas RBT sebenarnya telah menunjukkan konsumen Indonesia dapat menerima model sewa atau berlangganan untuk menikmati musik. Dengan begitu, menurut dia, mendengarkan musik secara streaming selanjutnya menjadi pasar baru bagi masa depan musik, khususnya di Indonesia.

Melalui streaming, musik digital dapat dinikmati kapan pun selama perangkatnya mendukung. Mendengarkan musik secara streaming juga memiliki keunggulan tersendiri bagi konsumen.

Secara teknis, aktivitas streaming memang tidak berbeda jauh dengan aktivitas download alias mengunduh. Namun, dengan streaming, konsumen tidak perlu menyimpan musik mereka di hard drive.

"Ketika mengunduh, kita harus memikirkan penyimpanannya di hard drive. Semakin banyak musik yang di download otomatis kita juga butuh tempat penyimpanan lebih besar dan ini agak merepotkan," kata Aulia.

Digital download vs streaming

Sementara itu, Senior Sales and Training Manager Believe Digital UK, Victor Conradsson, mengatakan, penjualan musik melalui download tengah mengalami penurunan dalam jangka waktu beberapa bulan. Hal itu disebabkan banyaknya situs ilegal yang menawarkan download gratis.

Sedangkan, penjualan musik dengan cara streaming memiliki keuntungan jangka panjang karena menerapkan biaya langganan kepada konsumen. Harga pada konten digital, menurutnya, tergantung pada standar kehidupan suatu negara.

Semakin tinggi standarnya maka harga musik digital yang ditawarkan juga semakin mahal. Selain itu, popularitas musisi juga cukup berpengaruh terhadap karya yang dijual secara digital.

Umumnya dua hingga tiga bulan setelah dirilis, karya yang dijual akan mengalami penurunan harga. Namun, jika musisi yang bersangkutan sedang naik daun dan banyak mengadakan tur, maka hal itu dapat memengaruhi penjualan karya-karyanya.

Streaming tak hanya memudahkan konsumen dalam mendengarkan musik yang mereka sukai, tetapi, juga menguntungkan musisi. Sebab, karya yang mereka ciptakan bisa langsung didengarkan serta beredar luas dalam waktu singkat.

Marketing Digital Virgo Ramayana Music & Entertainment Diah Isnaemi mengatakan penjualan musik digital menawarkan alur distribusi yang lebih ringkas. Dia mencontohkan, ketika membuat sejumlah kopi album fisik, biaya produksi yang diperlukan lebih besar. Sebab, perusahaan rekaman harus mengeluarkan biaya distribusi, pencetakan CD dan kover, kemudian memikirkan strategi pemasaran. Belum lagi jika album tersebut habis, maka mereka harus mencetak ulang dan mengeluarkan biaya lagi.

Sedangkan, penjualan secara digital cenderung lebih praktis dan bisa langsung sampai ke telinga pendengar lebih cepat. "Dari segi keuntungan, digital juga tidak terlalu jauh dengan penjualan fisik," ungkap Diah.

Selain menghemat biaya produksi, penjualan musik lewat media digital juga memudahkan konsumen memilih lagu-lagu yang disukai. Sebab, biasanya dalam satu album tidak semua lagu akan didengarkan oleh konsumen.

Terkait dengan pembayaran, Diah mengaku tidak menemukan kendala. Biaya yang dikeluarkan oleh konsumen adalah pulsa yang langsung dipotong oleh operator layanan telepon genggam.

Pembayaran dari distributor musik digital dengan perusahaan rekaman juga terbilang aman dan tidak ada kendala. Sebab, pembayaran hanya melalui satu pintu sehingga mudah dikontrol.

Ia menambahkan, perusahaan rekaman dan distributor umumnya melakukan negosiasi untuk menentukan harga jual lagu sebelum dilepas di pasaran. Satu track biasanya dijual dengan harga sekitar Rp 5.000.

"Sejauh ini, penikmat musik digital di Virgo cukup banyak, terutama untuk album Slank. Selain itu, penggemar lagu-lagu lama seperti Panbers dan Gombloh juga masih tinggi," ujar Diah.

Senada dengan Diah, Country Manager Believe Digital Aldo Sianturi mengatakan proses pembayaran dari distributor kepada perusahaan rekaman juga sebenarnya sangat aman. Believe Digital sebagai perusahaan yang bergerak di layanan dan distribusi digital musik dan label independen menerapkan sistem invoice per tiga bulan yang kemudian langsung ditransfer melalui akun bank milik perusahaan rekaman terkait.

Ia menjelaskan, sistem seperti ini dapat meminimalkan adanya human error dan tidak merugikan pihak mana pun. Meskipun baru delapan bulan berdiri di Indonesia, sudah ada sekitar 20 label independen yang menjadi pelanggan Believe Digital untuk membantu memasarkan produksi album para musisinya.

Menurut Aldo, pangsa pasar musik digital akan semakin berkembang pesat dan menjadi alternatif baru dalam memasarkan serta memperkenalkan karya-karya musisi Indonesia, baik di Tanah Air maupun di mancanegara. n rizky jaramaya ed: setyanavidita livikacansera

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement