Jumat 20 Dec 2013 08:25 WIB
Penyadapan Telepon

RI-Malaysia Ajak ASEAN Tolak Penyadapan

Peta ASEAN
Foto: confluence.furman.edu
Peta ASEAN

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Indonesia dan Malaysia sepakat mengajak negara-negara ASEAN untuk menolak aksi penyadapan. Hal tersebut ditegaskan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat memberi keterangan pers bersama Perdana Menteri Malaysia Najib Tun Abdul Razak di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (19/12).

“Dalam hubungan internasional, sikap saling memercayai dan saling menghormati merupakan hal penting yang harus dipedomani setiap negara. Karena itu, akan lebih baik jika di kawasan, yakni ASEAN, hubungan tersebut bisa terbangun,” kata SBY seusai melakukan pertemuan dengan Najib, yang merupakan pertemuan tahunan RI-Malaysia ke-10.

Pertemuan ini merupakan upaya bilateral untuk mengawal kerja sama kedua negara yang sedang berjalan dan proyeksi di masa depan sesuai dengan kesepakatan yang telah ditetapkan.

“Saya senang, PM Malaysia mendukung inisiatif yang nanti akan sampaikan dalam pertemuan puncak ASEAN agar ada kesepakatan intra-ASEAN bagaimana kita menolak kegiatan spying.”

Senada dengan SBY, Najib menegaskan, pihaknya akan mendukung sepenuhnya inisiatif Indonesia tersebut. Ia berharap, nantinya akan ada kesepakatan di antara negara-negara ASEAN untuk menolak aksi penyadapan.

“Saya sepakat agar penyadapan menjadi perhatian dalam sidang ASEAN yang akan datang. Bila Indonesia mengusulkan, Malaysia akan memberikan dukungan yang kuat,” ujar dia.

Bulan lalu, Indonesia dan Malaysia meradang setelah mengetahui menjadi sasaran penyadapan oleh negara lain. Indonesia, misalnya, mengajukan protes keras kepada Australia menyusul aksi penyadapan yang dilakukan Negeri Kanguru terhadap Presiden SBY dan Ibu Negara Ani Yudhoyono. Australia melakukan penyadapan itu melalui misi diplomatiknya di Jakarta. Tak sekadar mengajukan protes, tetapi Indonesia juga memanggil pulang duta besarnya di Canberra.

Terkait masalah penyadapan, Malaysia memanggil perwakilan negara tetangganya, Singapura, di Kuala Lumpur. Langkah itu dilakukan sebagai reaksi atas laporan yang menyebutkan, Singapura telah membantu aktivitas penyadapan intelijen Amerika Serikat (AS) dan Australia terhadap Malaysia.

Berbicara di hadapan para menteri dan delegasi Indonesia serta Malaysia, SBY juga mengatakan bahwa kerja sama kedua negara dari tahun ke tahun semakin meningkat. Sayangnya, sering kali hal tersebut tidak disadari. “Karena itu, momentum ini harus kita jaga untuk lebih meningkatkannya lagi di masa depan,” katanya.

Dalam hal ini, kata SBY, ada banyak bidang yang bisa dikerjasamakan antara kedua negara. Sebut saja, misalnya bidang pendidikan, pertahanan, pendidikan, kebudayaan, hingga pariwisata.

Salah satu kerja sama yang perlu dikaji kembali untuk menyamakan pandangan, yakni konsep segitiga Singapura-Johor-Riau (Sijori). “Perekonomian Malaysia telah berkembang pesat, demikian pula Indonesia. Tentu harus ada konsep baru antara Singapura, Johor, dan Riau di masa mendatang,” ujar SBY.

Bukan antarpemerintah

Sementara itu, Najib mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Indonesia atas diselenggarakannya pertemuan tahunan ini. Dia menilai, banyak hasil yang telah dicapai dari pertemuan tersebut. “Saya kira hubungan antara kedua negara semakin matang,” katanya.

Diakuinya, hubungan kedua negara sering diwarnai pasang surut dan sejumlah persoalan. Meski demikian, dia menilai, persoalan yang ada sering kali bukan terjadi antarpemerintah Indonesia dan pemerintah Malaysia.

Pada kesempatan itu, Najib juga menyatakan bahwa kedatangannya kali ini ke Jakarta merupakan sebuah rekor. “Sebab, tahun ini lima kali dalam setahun saya ke Indonesia.” n esthi maharani ed: wachidah handasah

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement