Kamis 12 Dec 2013 15:18 WIB

Gowes Malam Merah Putih Bareng Beberapa Komunitas Sepeda

SILBC bersama beberapa komunitas sepeda melakukan gowes malam bertema merah putih (9/11).
Foto: SILBC
SILBC bersama beberapa komunitas sepeda melakukan gowes malam bertema merah putih (9/11).

Pada tanggal 7 November 2013 lalu, salah satu warga kami memosting undangan bersepeda bersama di grup facebook SILBC. Yang membuat undangan ini unik yaitu, kegiatan ini dilakukan di malam hari bersama dengan dua komunitas sepeda terbesar di Indonesia yakni Komunitas Bike to Work dan Komunitas Sepeda Tua Indonesia (KOSTI) Jakarta. Beberapa komunitas lain yang turut meramaikan acara ini yaitu MTB Indonesia, Komunitas Federal Indonesia dan tentunya kami Sweet Iron Lowrider.

Hal unik lainnya pada acara ini, para peserta harus mengenakan pakaian warna merah, putih atau kombinasi keduanya. Hal itu membuat kami semangat mengikuti dan mendukung acara tersebut. Kami kemudian menyebarkan undangan tersebut melalui sms grup Whatsapp SILBC, grup BBM SILBC, twitter hingga di facebook SILBC. Cara tersebut ampuh menyedot perhatian para warga SILBC, sekaligus membuat sobat kami bernama Om Simanto Hosea yang berdomisili di Depok untuk datang.

Tepat hari Sabtu (9/11) pukul 18.30 WIB, sekitar 30 warga SILBC berkumpul di Bundaran Hotel Indonesia. Dengan gaya anak lowrider, mereka mengikuti acara dengan baju bercorak warna merah dan putih. Ada yang mengenakan kemeja pantai berwarna merah bercorak bunga putih, ada yang memakai dasi pramuka, hingga memakai baju senam era tahun 1980. Tiba-tiba, Om Toto Sugito yang merupakan Ketua Umum Komunitas Bike To Work Indonesia menyapa dengan ramah dan hangat kepada warga kami.

Sekitar pukul 19.20 WIB, sekitar 200 pesepeda yang sudah berkumpul di Bundaran Hotel Indonesia mulai bergowes menyusur jalan Thamrin, dan di Patung Kuda Monas kami pun berputar arah. Gedung-gedung megah di jalan tersebut nampak memancarkan keindahan melalui lampu-lampunya.

Setelah berputar arah, rombongan pesepeda dialihkan melewati jalan Kebon Sirih. Rombongan kemudian berputar arah di Tugu Tani, dan tak lama kami pun sampai di destinasi terkahir yaitu Gedung Joang 45.

Menurut informasi yang saya peroleh, museum ini menyimpan beberapa benda perjuangan Indonesia. Di dalamnya terdapat mobil dinas resmi Presiden dan Wakil Presiden RI Pertama, yang dikenal dengan mobil REP 1 dan REP 2. Selain itu, ada juga dan Mobil Peristiwa Pemboman di Cikini. Aneka koleksi foto dokumentasi dan lukisan yang menggambarkan perjuangan sekitar tahun 1945-1950-an nampak menghiasi aneka lokasi. Beberapa tokoh perjuangan ditampilkan pula dalam bentuk patung dada.

Saya sangat kagum ketika pertama melihat gedung berarsitektur Belanda kuno ini. Gedung tersebut dibangun sekitar tahun 1920 oleh keluarga L.C. Schomper, yang pada zaman tersebut berfungsi sebagai hotel.

Sesampainya di Gedung Joang 45, sobat kami dari Komunitas Bike To Work Indonesia berbaik hati menyajikan makanan ringan dan air secara gratis sebagai bahan bakar para pesepeda. Kami pun isitrahat sejenak sambil menunggu persiapan dari sobat-sobat panitia untuk mengadakan upacara ala pesepeda.

Setelah membuang rasa lelah dan "bahan bakar" kami terisi, kami pun bersiap melaksanakan upacara ala pesepeda untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda dan Hari Pahlawan. Di upacara ini, salah satu warga kami bertugas sebagai pembaca naskah Pancasila. Suasana menjadi hikmat karena salah satu anggota dari KOSTI berpakaian seperti pejuang RI masuk ke depan barisan sebagai pemimpin upacara, memerintahkan menyanyikan Indonesia Raya. Upacara dilanjutkan dengan mengheningkan cipta, mendoakan para pahlawan Indonesia yang telah berjuang demi Indonesia.

Pada kesempatan ini, Om Toto Sugito selaku pembina upacara memberikan pidatonya. Salah satu poin pentingnya, beliau mengajak seluruh komunitas yang menghadiri acara tersebut untuk terus mengkampanyekan bersepeda dengan aman dan nyaman. Bersepeda itu merupakan salah satu solusi kemacetan yang meningkatkan polusi udara di Jakarta tercinta ini. Kedua, bahwa seluruh pesepeda adalah sama dan mereka juga memiliki hak yang sama sebagai pengguna jalan. Saat upacara selesai, kami tidak langsung pulang tetapi beraksi narsis terlebih dahulu dengan komunitas-komunitas yang hadir.

Usai acara, salah satu warga SILBC mengajak untuk berkumpul di Taman Ismail Marzuki yang di dalamnya terdapat kampus IKJ. Sesampainya di sana, rupanya ada pagelaran musik yang akan dimulai. Yang membuat dahi para warga SILBC berkerut adalah musiknya tidak asing di telinga kami. Ternyata memang betul, musik luar negeri yang berbahasa Inggris diaransemen ulang dengan musik dangdut. Sontak setelah kami parkir sepeda, warga SILBC berjoget ria mengikuti alunan musik dangdut.

Kami sebagai komunitas sepeda berharap kepada pembaca setia ROL bisa berbagi jalan kepada kami dan yuuk bersepeda! Karena bersepeda itu keren.

Fazri Muharrom

 

Rubrik ini bekerja sama dengan Sweet Iron Lowrider Bicycle Community

Blog: sweetiron123.blogspot.com

Facebook: SWEET IRON LOWRIDER

Twitter: @SIL_BC

Youtube: omdjoko

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement