Selasa 10 Dec 2013 08:38 WIB
Perekonomian Filipina

Topan Haiyan Perlambat Ekonomi Filipina

 Warga berjalan melewati pemukiman yang hancur akibat Topan Haiyan di kota Tacloban, Leyte provinsi Leyte, Filipina tengah, Ahad (10/11).  (AP/Bullit Marquez)
Warga berjalan melewati pemukiman yang hancur akibat Topan Haiyan di kota Tacloban, Leyte provinsi Leyte, Filipina tengah, Ahad (10/11). (AP/Bullit Marquez)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Friska Yolandha

Satu bulan lalu, topan Haiyan memorakporandakan Filipina Tengah. Topan tersebut menewaskan lebih dari 5.700 warga Filipina dan 1.779 lainnya masih dinyatakan hilang. Akibat topan haiyan, sekitar 5,2 juta penduduk Filipina kehilangan pekerjaan.

Pemerintah Filipina kini telah kembali bekerja dan mengambil hikmah atas topan berkecepatan lebih dari 270 kilometer per jam tersebut. Administrator Kota Tacloban Tecson Lim mengatakan, badai Haiyan menjadi kesempatan bagi Tacloban untuk mengubah kota menjadi kota global yang tangguh akan perubahan iklim.

“Dan, kota kami mungkin bisa menjadi model bagi kota-kota lain,” ujar Lim dalam sebuah pernyataan, dikutip laman South China Morning Post, Senin (9/12). Membangun kembali kota yang hancur akan memerlukan waktu sekitar tiga tahun. Keberhasilan pembangunan kembali dengan konsep tata kota yang diidamkan ini akan sangat bergantung pada pemerintahan dan akses dana.

Lebih dari tiga juta orang kehilangan tempat tinggal dan kini ditampung di  1.000 pusat pengungsian. Perkiraan kerugian melonjak jadi lebih dari 10,34 miliar peso atau 237,44 juta dolar AS, kerusakan prasarana bernilai 1,25 miliar peso atau 27,71 juta dolar dan kerugian di sektor pertanian di tujuh wilayah yang dihancurkan topan mencapai 9,09 miliar peso atau 208,73 juta dolar.

Filipina merupakan negara yang pertumbuhannya tercepat di Asia. Namun, korupsi yang endemik mengakibatkan negara tetap miskin dan jutaan rakyat tinggal di daerah kumuh. Akhir pekan lalu, Bank Dunia setuju untuk mendukung anggaran Pemerintah Filipina senilai 500 juta dolar AS. Dana ini dipakai untuk pemulihan jangka pendek dan rekonstruksi.

Bantuan tersebut juga termasuk bantuan teknis dalam merancang perumahan, rumah sakit, sekolah, dan fasilitas umum yang dapat menahan topan berkekuatan besar, gempa bumi, dan banjir. Pemerintah Filipina sendiri telah menyiapkan dana sekitar 41 miliar peso atau setara Rp 11,033 triliun untuk membiayai bantuan akibat topan dan pemulihan.

Dana ini juga dipakai untuk bantuan tempat tinggal, pemulihan infrastruktur publik yang vital, dan dukungan mata pencaharian, seperti program uang untuk bekerja atau cash for work. Akibat topan Haiyan, Bank Dunia merevisi pertumbuhan ekonomi Filipina tahun ini dan tahun depan.

Tahun ini diperkirakan Filipina hanya tumbuh 6,9 persen dari proyeksi awal sebesar tujuh persen. Sedangkan, tahun depan diperkirakan Filipina tumbuh 6,5 persen dari 6,7 persen. Pertumbuhan Filipina di kuartal IV dipastikan merosot tajam. Topan Haiyan telah mencukur 0,8 persen atas produk domestik bruto (PDB) negara tersebut. Namun, diperkirakan PDB Filipina masih mendekati target awal, enam sampai tujuh persen.

Upaya pemulihan dan rekonstruksi yang dimulai akhir tahun ini diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Filipina pada 2015. “PDB Filipina diperkirakan mencapai 7,1 persen dari perkiraan sebelumnya sebesar 6,8 persen,” ujar ekonom Bank Dunia Rogier van den Brink.

Topan Haiyan melanda Filipina pada 8 November 2013. Topan ini meluluhlantakkan negara tersebut dan dinilai sebagai topan terganas yang pernah tercatat di muka bumi. n ed: fitria andayani

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement