Rabu 04 Dec 2013 05:45 WIB
Politik Mesir

Mundurnya Yusuf Qaradhwi dari Kampus Al-Azhar

Yusuf al Qaradawi
Foto: telegraph.co.uk
Yusuf al Qaradawi

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Bambang Noroyono

Pada Ahad (1/12) tokoh Islam Yusuf Al Qaradhawi mengeluarkan pernyataan cukup mengejutkan. Dia menyatakan mundur dari badan penasihat Al-Azhar, lembaga keagaman paling disegani di Mesir. Qaradhawi pun memilih menyampaikan sikap tersebut melalui akun Facebook-nya daripada mengirimkan surat langsung ke Al-Azhar. Mundurnya Qoradhawi dari Komite Tertinggi Ulama Al-Azhar merupakan buntut dari konflik berkepanjangan yang terjadi di Mesir.

Dia memiliki pandangan berbeda dengan Imam Universitas Al-Azhar Syeikh Ahmad Tayeb dan petinggi lembaga lainnya yang cenderung mendukung militer. “Saya menyampaikan pengunduran diri saya kepada rakyat Mesir karena mereka pemilik sebenarnya Al-Azhar dan bukan para syeikh Al-Azhar,” tulis Qaradhawi, seperti dikutip Al-Ahram.

Panglima militer yang juga menteri Pertahanan Mesir Jenderal Abdel Fattah el-Sisi mengumumkan pergantian paksa Presiden Muhammad Mursi pada 3 Juli. Aksi kudeta itu tidak hanya didukung kelompok liberal, tetapi juga Al-Azhar. Qaradhawi mengecam tindakan militer itu dan mengatakan aksi tersebut bertentangan dengan konstitusi dan demokrasi di Mesir. Dukungan Al-Azhar terhadap militer, kata dia, telah merebut paksa kekuasan Presiden Mursi.

Qaradhawi merupakan ulama yang dikenal dekat dengan Ikhwanul Muslimin, pendukung utama Mursi. Sebagai ulama Sunni, fatwa-fatwanya cukup di dengar tidak hanya di jazirah Arab, tetapi juga di belahan dunia lain, seperti Indonesia.

Ulama yang kini tinggal di Qatar ini pun mengkritisi komite ulama Al-Azhar yang dianggap diam terhadap tragedi kemanusiaan, kejahatan yang telah menghantui rakyat Mesir. Qaradawi menyoroti insiden berdarah yang terjadi di Masjid Rabaa al-Adawiyah, dan al-Nahda, Agustus.

Sebetulnya, tuntutan agar Qaradhawi mundur dari Al-Azhar telah mengalir di kalangan internal. Sejumlah ulama Al-Azhar pada Juli lalu meminta agar status keanggotaan Qaradawi dicabut karena dianggap telah menghina Tayyeb. Tapi, pejabat di Al-Azhar menegaskan status Qaradawi tidak bisa ditarik.

Seorang pejabat tinggi di Al-Azhar, Abbas Shouman, yang berbicara kepada Mehwar TV melalui sambungan telepon, Senin (2/12) malam, mengatakan, sudah mengetahui pengunduran diri Qaradhawi dari Komite Tertinggi Ulama Al-Azhar. Meski demikian, dia belum menerima surat resmi pengunduran diri tersebut.

Ulama kelahiran Mesir pada 1926 itu pernah dipenjara selama tiga kali selama Gamal Abdel Nasser menjabat presiden Mesir. Pada 1961 Qardhawi meninggalkan Mesir dan memilih menetap di Qatar. Dia baru dapat kembali ke Mesir pada 2011 setelah Husni Mubarak jatuh dari kekuasaannya.

Empat bulan setelah kejatuhan Mursi, situasi di Mesir tak kunjung stabil. Pemerintah yang dibekingi militer menangkap para demonstran ataupun pihak-pihak berseberangan. Dewan Panel Konstitusi yang gagal membatasi kekuasaan militer dalam draf Undang-Undang Dasar baru. Pemerintah juga mengeluarkan regulasi tentang demonstran yang dinilai represif. n ed: teguh firmansyah

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement