Selasa 03 Dec 2013 08:20 WIB
Bencana Filipina

Muhammadiyah Bangun RS Lapangan di Filipina

Petugas membawa bantuan logistik ke pesawat Hercules untuk korban Topan Haiyan di Filipina di Lanud Halim Perdanakusumah, Jakarta.
Foto: Antara
Petugas membawa bantuan logistik ke pesawat Hercules untuk korban Topan Haiyan di Filipina di Lanud Halim Perdanakusumah, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muhammadiyah berencana membangun rumah sakit lapangan di wilayah terkena Topan Haiyan di Filipina. Pembangunan ini dilakukan oleh Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) dan akan berlangsung dua pekan mendatang. Proses ini dimulai setelah tim medis kedua dari MDMC sampai di Filipina. Sekretaris Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB) PP Muhammadiyah Arif Nur Kholis mengatakan, pihaknya akan segera mengirimkan tim kedua ke wilayah bencana tersebut.

‘’Pada kesempatan ini, kami berusaha mendirikan rumah sakit lapangan di sana,’’ kata Arif di Jakarta, Senin (2/12). Pada tahap pertama, yaitu 18 November lalu, MDMC mengirimkan bantuan medis yang masuk di wilayah Ormoc City di Pulau Leyte.

Seperti diketahui, kata dia, Leyte merupakan pulau yang terdampak paling parah dari badai Haiyan. Koordinator Tim Medis MDMC, dokter Corona Rintawan, mengatakan, dalam dua pekan tim MDMC berada di Filipina telah menyumbangkan lebih dari Rp 200 juta.

Bantuan ini terdiri atas berbagai layanan kesehatan, obat-obatan, dan tim medis. ‘’Selama tujuh hari efektif di sana, tim kesehatan Muhammadiyah sudah melayani 1129 pasien." Anggota Tim MDMC terdiri dari berbagai latar belakang, seperti dokter, dokter spesialis anestesi, perawat, hingga staf logistik dan SAR. Obat-obatan yang diberikan pun berbagai macam, mulai dari obat utama, seperti antibiotik, obat pencernaan, hingga vaksinasi tetanus.

Selain korban meninggal, banyak korban luka di sana yang mengalami luka infeksi. Corona juga meminta pemerintah dan ormas serta relawan Indonesia untuk bisa saling membantu untuk mendirikan rumah sakit lapangan di Leyte. Ia beralasan, wilayah ini sangat parah kerusakannya. "Leyte ibarat satu Sumatra lumpuh total," ujarnya. Semua sarana dan infrastruktur hancur, bahkan di wilayah Kota Tacloban sudah menjadi sebuah zero ground.

Semua harus dibangun dari awal. Ormoc, sebagai kota pendukung, harus mendukung semua kebutuhan di Leyte. Ia menuturkan, di Ormoc hanya ada lima rumah sakit. Di Indonesia, rumah sakit itu masuk dalam kategori tipe D. Kapasitasnya 70 tempat tidur, tapi terpaksa rumah sakit itu diisi dengan 121 tempat tidur. Banyak tim luar membangun rumah sakit tenda di sekitar rumah sakit itu, tapi mereka kekurangan tenaga medis. Misalnya, ada tim yang anggotanya 20 orang, sementara tenaga medisnya hanya lima hingga enam orang.

Corona menerangkan, pemulihan sistem kesehatan di sana akan berlangsung lama. Ini disebabkan tak adanya kebijakan layanan gratis yang diberlakukan untuk korban bencana. Dengan demikian, warga tidak akan dapat mengakses layanan di rumah sakit.

Direktur Utama LazisMU Khairul Muttaqin menambahkan, untuk tim kedua ini, MDMC mencoba menggalang dana besar bersama lembaga yang dipimpinnya. MDMC berkomitmen untuk berangkat lagi dan rumah sakit Muhammadiyah siap mengirim lagi tenaganya ke sana.

Ia menambahkan, selain fokus memberi bantuan sosial di Filipina, MDMC bekerja sama dengan LazisMu membantu korban bencana di dalam negeri, misalnya di Sinabung dan beberapa wilayah lain. Bantuan terakhir sebesar Rp 400 juta untuk Palestina.  n amri amrullah  ed: ferry kisihandi

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement