Jumat 29 Nov 2013 17:07 WIB

Sejarah Sepeda 'Lowrider'

The Munster Chain Bike.
Foto: SILBC
The Munster Chain Bike.

Sepeda custom yang biasa dikenal oleh masyarakat Indonesia yaitu sepeda lowrider. Dengan gaya sepedanya yang nyentrik nan unik, ciri khasnya membuat orang-orang di sekitarnya melirik dan tersenyum saat melihat sepeda tersebut.

Kami pun sering mendengar anak-anak kecil yang melihat kami berteriak "sepeda gta", "sepedanya lucu", dsb. Alhamdulillah, sejauh ini mereka merespons baik tentang sepeda kami. Itulah sepeda lowrider pada saat ini. Bagaimana sejarahnya? Tenang, kami akan membahas sejarah sepeda ini beserta perkembangannya.

Budaya sepeda custom ini memang sudah ada sejak tahun 1958. Pada tahun itu, sedang tren film "Wild One" yang dibintangi oleh Marlon Brando. Isi filmnya menceritakan tentang bikers dengan memakai stang tipe "apehanger", yaitu stang yang menjulang tinggi di motornya. Kesan berandal seperti geng motor melekat padanya, tapi menurut anak muda di zaman tersebut memakai stang "apehanger" sangat keren. Jadilah mereka meng-custom stang sepeda tipe beach cruiser-nya dengan stang-stang apehanger.

Singkat cerita, pemuda Amerika ingin bergaya dengan apehanger di dekade awal tahun 1960. Produsen sepeda schwinn pun memproduksi massal sepeda yang memiliki stang apehanger yang bernama schwinn stingray.

Tepat pada era tersebut, mobil bergaya lowrider sedang naik. Gaya lowrider ini menjadi pilihan kaum hispanik Amerika selain mobil aliran hotrod yang melekat pada musik rockabilly dan rock n roll pada era tersebut.

Mereka bergaya lowrider dikarenakan ada ikatan emosional juga, karena dulunya mereka petani yang hanya bisa membeli mobil bekas dan murah. Mereka membawa hasil pertaniannya menggunakan mobil tersebut sampai mobil tersebut ceper. Singkat cerita, saat perekonomian mereka naik, mereka pun merestorasi mobil-mobilnya dengan mengganti eksterior. Mereka menggunakan cat yang mengkilap, lalu dilapisi chrome, kemudian memakai sistem hidrolik agar bisa diceperkan ataupun standar, sampai interior mereka juga diganti.

Banyaknya kaum hispanik yang membangun dan berkeliling mengendarai mobil lowrider, membuat anak-anak muda Amerika menjadi ingin mengendarainya. Mobil tersebut memang terlihat keren dan seksi.

Sayangnya, ada kebijakan pemerintah Amerika yang melarang pemuda berusia di bawah 18 tahun tidak boleh mengendarai mobil. Hal tersebut membuat legenda hidup custom George "The Munster" Barris menjadi kreatif dengan membuat sepeda custom berbasis dari batangan sepeda schwinn stingray yang diganti dengan rantai. Sepeda tersebut dipakai di serial TV "The Munster" pada waktu itu. Film tersebut berhasil mendongkrak penjualan schwinn hingga 70%.

Pada akhir dekade 1960, pemuda Amerika belum puas dengan hasil modifikasi George Barris. Mereka pun memacu kreativitasnya dengan membengkokkan fork sehingga menjadikan sepeda tersebut seperti mobil lowrider yang ceper dan keren.

Di awal dekade 1970, sepeda seperti stingray (dikenal dengan sepeda mini) mulai masuk pasar Indonesia. Sederet produsen seperti Marubenny, Phoniex, Senator, Raleigh, Top, Rightway, Fuji, Simking, Butterfly, Huffy, Murray, Monark, Columbia hingga Schwinn bersaing ketat merebut pasar sepeda mini untuk kalangan anak-anak di Indonesia. Populernya sepeda tipe ini pada era itu, membuat almarhum mantan presiden Indonesia Bapak Soeharto pun memilikinya. Bahkan, sepeda tipe ini juga sempat dipakai pada beberapa film Indonesia yang dibintangi almarhum Benyamin S.

Sekitar akhir tahun 1990, beberapa pemuda Indonesia sudah ada yang memiliki dan mengendarai sepeda lowrider ini. Untuk membelinya, mau tidak mau mereka harus impor langsung dari Amerika atau Australia. Pada era tersebut, batangan sepeda-sepeda mini untuk membangun sebuah sepeda lowrider sudah jarang ditemukan di toko-toko sepeda.

Menurut informasi yang didapat, beberapa produsen tersebut menutup usahanya dan menghentikan ekspansi produk tipe sepeda mini di Indonesia disebabkan lesunya penjualan tipe tersebut. Selain itu, sepeda BMX dan sepeda gunung yang sedang merajai pasar Indonesia. Yang menjadi faktor lainnya juga, era itu menjadi transisi permainan tradisional khususnya sepeda ke era elektronik digital.

Pada tahun 2000, merek-merek sepeda yang disebutkan sudah amat sangat jarang. Teman-teman senior kami mulai mencari sisa-sisa sepeda tersebut di era kejayaannya itu. Mereka seperti bajak laut yang mendapatkan harta karun berlimpah.

Sampai sekarang pun, merek-merek seperti Schwinn dan Raleigh menjadi incaran teman-teman restorer maupun kolektor. Merek tersebut memiliki nilai historis dan layak dimiliki.

Pada era tersebut, mereka membangun sepeda lowrider dengan cara mereka "hunting" ke toko sepeda bekas, tukang peleburan besi tua, sampai bertukar informasi dengan komunitas motor tua yang ada di masing-masing kota besar di Indonesia. Dari hasil perjuangan dan kekompakan teman-teman senior kami yang sudah mengenalkan lowrider ke publik, sekarang komunitas lowrider di Indonesia sudah banyak menyebar di seluruh nusantara. Menurut data yang saya miliki, terdapat kurang lebih 70 komunitas dengan 2000 anggotanya yang tersebar di pulau Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan dan Sulawesi.

Fazri Muharrom

 

Rubrik ini bekerja sama dengan Sweet Iron Lowrider Bicycle Community

Blog: sweetiron123.blogspot.com

Facebook: SWEET IRON LOWRIDER

Twitter: @SIL_BC

Youtube: omdjoko

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement