Jumat 22 Nov 2013 12:16 WIB

Ini Pemicu Orang Hobi Hamburkan Uang

Rep: Gita Amanda/ Red: Endah Hapsari
Shopping (ilustrasi).
Foto: Antara/Zabur Karuru
Shopping (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Memiliki penghasilan sendiri untuk pertama kali, tak jarang membuat seseorang terjerumus menjadi lebih konsumtif. Apalagi, tak jarang ada rasa balas dendam untuk menikmati segala jerih payah.

Ternyata, budaya konsumtif yang semakin banyak ditemui di masyarakat tak melulu bergantung pada usia. Menurut sosiolog Universitas Indonesia, Ida Ruwaida, salah satu faktor pendorong budaya konsumtif adalah lingkungan.

Ida menambahkan, para pekerja yang baru memiliki uang sendiri tak otomatis akan langsung berpikir untuk selalu membelanjakan uangnya. Mereka yang sejak awal berada di lingkungan yang tidak konsumtif, biasanya akan dapat mengatur uangnya dan bisa bersikap hemat. “Kalau ia berasal dari keluarga yang biasa bersikap hemat dan bisa mengajarkan nilai guna sebuah barang, ia tidak akan konsumtif,” ujar Ida.

Berbeda halnya dengan mereka yang sejak dini kerap dilimpahi berbagai kemudahan tanpa perlu banyak usaha. Misalnya, mereka yang sejak dini selalu diberikan berbagai gadget canggih.  Padahal dilihat dari usia, anak tersebut belum membutuhkan berbagai pilihan gadget. Hal ini akan membangun mereka menjadi generasi konsumtif.

Sebaiknya, kata Ida, setiap orang paham mengenai konsep nilai uang terlebih dahulu. Apakah uang itu berarti nilai tukar atau nilai guna. Jika seseorang hanya berpikir nilai uang sama dengan nilai tukar maka ia akan cenderung lebih konsumtif. Sebaliknya, jika ia bisa melihatnya dengan nilai guna, ia akan lebih banyak berpikir ketika akan membelanjakan uangnya.

“Saat ini, masih banyak orang yang melihat uang dari nilai tukarnya bukan nilai guna saat membelanjakannya,” kata Ida. Tak hanya lingkungan keluarga, lingkungan sosial juga memengaruhi seseorang menjadi konsumtif. 

Tak ketinggalan, media sosial kini makin berperan penting dalam kehidupan sehari-hari. Kemudahan akses informasi, menurut Ida, mampu membuat banyak masyarakat silau untuk membeli berbagai hal yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement