Kamis 21 Nov 2013 10:02 WIB

Ke Mana Larinya Gaji Anda?

Rep: Gita Amanda / Red: Endah Hapsari
Hitung gaji dengan cermat/ilustrasi
Foto: shutterstock
Hitung gaji dengan cermat/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Gaji pertama memang begitu menggoda. Karena inilah pertama kalinya uang hasil keringat didapatkan sendiri. Jumlahnya pun biasanya lebih besar dari uang saku yang sebelumnya diterima. Menurut financial planner sekaligus penulis buku Habiskan Saja Gajimu, Ahmad Gozali, memang gaji pertama memiliki sensasi tersendiri.

Banyak yang terjebak dengan euforia hasil jerih payah sehingga lahir keinginan uuntuk menikmati tanpa perlu dipikir lagi. Menurutnya, selama ini banyak yang terjebak dengan pola pikir, sudah capek bekerja maka wajar menikmati gaji sepuas hati. “Pernyataan itu ada benarnya. Tapi, harus diluruskan maksud menikmati gaji itu seperti apa,” ujar Ahmad.

Kalau yang dimaksud adalah menghabiskan semua gaji yang didapat untuk konsumsi, lalu beberapa bulan kemudian gigit jari, kemudian utang sana-sini, tentu saja berbahaya. Hal tersebut, menurut Ahmad, sama dengan menyiksa diri sendiri. Sepintar-pintarnya kita mengatur uang, ia melanjutkan, biasanya juga nanti uang akan habis sendiri. Meski, ada juga orang yang berhasil menyisakan sebagian gajinya. Tapi, biasanya di kemudian hari akan datang godaan untuk menggunakannya simpanan tersebut.

Menurut Ahmad, masalahnya adalah bukan bagaimana cara menyisakan gaji. Tapi, dihabiskan ke mana gaji tersebut. “Jangan membuang energi untuk mencari cara menyisakan uang. Mari kita fokus pada bagaimana menghabiskan uang di jalan yang benar,” ujarnya menyarankan.

Idealnya, alokasi berbagi dengan orang lain sebagai wujud bersyukur memang jangan sampai dilupakan. Selain itu, jangan lupa menyisihkan uang untuk masa depan dalam bentuk tabungan, membayar utang jika ada, dan menikmati gaji untuk diri sendiri.

Kalau alokasi penghasilan tersebut terpenuhi, menurut Ahmad, tidak masalah jika akhirnya gaji yang dihabiskan kandas. Yang salah, katanya, adalah kalau gaji hanya habis untuk dikonsumsi, tapi tak sempat berbagi. Atau, gaji hanya habis untuk membayar utang sehingga kekurangan bekal untuk masa depan. 

Kesalahan utama yang sering dijumpai para pekerja pertama, yakni “menunda”. Misalnya, memutuskan untuk tak perlu menabung dulu di bulan pertama bekerja. Hal tersebut, biasanya akan terus berlanjut pada bulan-bulan selanjutnya. Sebab, akan ada lebih banyak lagi alasan untuk menunda alokasi menabung. “Padahal, yang penting diingat adalah saving dulu baru shopping,” kata Ahmad tegas. 

Ditambah lagi mereka yang sudah telanjur tergiur menggunakan kartu kredit di awal kerja. Ahmad menyarankan, sebaiknya kita tidak langsung menggunakan kartu kredit pada awal masa kerja. Sebab, saat itu seseorang masih mengalami euforia berbelanja dengan uang sendiri. Menurutnya, tak ada salahnya kita menunggu selama enam bulan sebelum memutuskan memiliki kartu kredit. Waktu ini sekaligus menjadi latihan untuk hidup tanpa htang. “Biasakan dulu mengelola duit yang ada, setelah itu baru deh boleh punya duit yang ‘tidak ada’ alias kartu kredit,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement