Rabu 13 Nov 2013 19:16 WIB

Waspada, Inilah Penyakit Pembunuh Terbesar Balita

Balita (ilustrasi)
Foto: www.dreamstime.com
Balita (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA --  Pneumonia masih merupakan pembunuh terbesar balita secara global dengan korban mencapai satu juta anak pertahunnya, padahal penyakit tersebut sebenarnya dapat dicegah.

"Setiap 30 detik, seorang anak berusia di bawah 5 tahun meninggal karena pneumonia. Ini merupakan hal memalukan mengingat kita telah mengetahui cara mencegah balita meninggal dari penyakit ini," kata Chief of Health Unicef Mickey Chopra dalam rilis media WHO yang diterima di Jakarta, Rabu, untuk memperingati Hari Pneumonia Dunia yang dirayakan tiap tanggal 12 November.

Dalam peringatan Hari Pneumonia ke-5 pada tahun 2013, GAVI Alliance, Unicef dan Badan Kesehatan Dunia (WHO) melakukan sosialisasi mengenai tindakan-tindakan penting yang dapat dilakukan untuk mencegah kematian balita dari penyakit tersebut.

"Menangani pneumonia tidak membutuhkan solusi yang rumit," tambah Chopra.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjangkitnya pneumonia dan dibutuhkan lima intervensi sederhana namun efektif untuk mencegah sekitar 20 persen kematian balita akibat penyakit tersebut di seluruh dunia.

Langkah-langkah tersebut adalah memberikan ASI ekslusif bagi bayi mulai usia 0-6 bulan dan melanjutkan pemberian ASI disertai makanan pendamping hingga berusia 2 tahun.

Langkah selanjutnya adalah melakukan vaksinasi dasar yang terdiri atas Hepatitis B, BCG, Polio, DPT-HB dan campak.

Pencegahan terhadap pneumonia juga harus dilakukan dengan berperilaku hidup bersih dan sehat seperti meminum air bersih, memperhatikan sanitasi lingkungan dan mencuci tangan menggunakan sabun sebelum atau setelah melakukan suatu kegiatan tertentu.

WHO juga mengimbau kepada masyarakat untuk memperbaiki kondisi dapur misalnya dengan membangun ventilasi udara yang memadai sehingga tidak lagi terjadi polusi udara di dalam rumah.

Pada April 2013 lalu, WHO dan Unicef merilis sebuah Rencana Aksi Global dan Terintegrasi bagi Pencegahan dan Kontrol terhadap Pneumonia dan Diare (GAPPD) yang menghadirkan kerangka kerja yang inovatif untuk menyatukan tindakan pencegahan, perlindungan dan kontrol bagi kedua penyakit dengan lebih efektif dan efisien meskipun adanya keterbatasan sumber daya kesehatan.

Sementara itu, untuk memperingati Hari Pneumonia Dunia tahun ini, Mauritania dan Papua Nugini memperkenalkan vaksin "pneumococcal" yang akan mencegah salah satu kuman penyebab terbesar pneumonia.

Dengan dukungan Gavi Alliance, sebanyak 50 negara lainnya juga akan mulai menggunakan vaksin tersebut mulai tahun 2015 mendatang.

"Gavi Alliance membantu mempercepat penanggulangan pneumonia dengan meningkatkan akses terhadap vaksin tersebut dan juga vaksin lainnya," kata CEO Gavi Alliance Seth Berkley.

Sejak diluncurkan, rencana aksi global tersebut telah disambut oleh beberapa negara seperti Bangladesh dan Zambia yang telah menerjemahkannya dalam rencana implementasi di beberapa daerahnya.

Para manajer program yang bertanggung jawab terhadap imunisasi, kesehatan anak, nutrisi dan sanitasi juga telah bergabung untuk mempercepat perkembangan eliminasi kematian akibat pneumonia dan diare.

Sebagai tambahan, pada Oktober 2013, WHO menerbitkan anjuran teknis untuk dilaksanakan negara-negara anggotanya yaitu panduan perawatan pneumonia yang diperbarui berdasarkan bukti terbaru yang antara lain melibatkan perawatan antibiotik yang disederhanakan.

Selain itu, WHO juga menerbitkan buku pegangan untuk tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan di daerah bagaimana memperkenalkan vaksin pneumococcal dan terutama memperkenalkan vaksin yang baru untuk meningkatkan akses perlindungan terhadap pneumonia yang selaras dengan GAPPD.

"Untuk mencapai visi dan tujuan dari rencana terintegrasi yaitu mengakhiri kematian yang dapat dicegah dari pneumonia dan diare pada generasi baru, kita perlu melihat adanya kemauan politik, upaya terkoordinasi dan peningkatan sumber daya pada tingkat global dan nasional untuk melawan penyakit ini," kata Director of WHO Department of Maternal, Newborn, Child and Adolescent Health Elizabeth Mason

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement