REPUBLIKA.CO.ID, Pemenuhan nutrisi ibu hamil (bumil) di Indonesia masih sangat jauh dari capaian ideal. Kebanyakan dari mereka mengalami kekurangan protein dan zat besi. Hasil studi yang dilakukan PT Nutricia Indonesia Sejahtera (NIS) bersama Southeast Asian Food & Agricultural Science and Technology (SEAFAST) di Bogor pada 2011, menemukan bahwa 30 hingga 88 persen perempuan berusia 20-40 tahun (yang hamil dan tidak hamil) mengalami defisiensi berbagai zat gizi, termasuk protein dan zat gizi mikro. “Sebanyak 57,6 persen persen ibu hamil mengalami kekurangan protein dan zat gizi mikro,” ujar ahli kandungan RSCM Dr Noroyono Wibowo SPOG(K).
Dia memadukan hasil survei tadi dengan temuan di lapangan. Para pasiennya yang berasal dari kelas ekonomi A dan B mengalami nutrisi yang kurang di trimester pertama kehamilan sebanyak kira-kira 25 persen. Baru di trimester kedua biasanya membaik hingga 20 persen. Dokter ini menyayangkan perbaikan itu belum muncul dari rasa kesadaran bumil. Masih banyak perempuan yang kurang memperhatikan asupan nutrisinya tanpa menyadari bahwa sikap tersebut bisa memengaruhi perkembangan janinnya.
Pengetahuan otodidak tentang nutrisi justru ditemui para bumil dari blog-blog tentang kesehatan. Padahal, kata Noroyono, lebih baik bila mencari informasi dari media atau sumber lain yang bisa dipertanggungjawabkan. Ia menegaskan bahwa hal yang paling mutlak diperhatikan bumil, yakni asupan zat besi dan protein sebagai unsur membangun. Setidaknya, bumil membutuhkan enam miligram zat besi di dalam darah per hari, dua miligram di plasenta, dua miligram di janin, dan dua miligram di ibu.
Untuk mencapai enam miligram tersebut, seorang ibu membutuhkan makan kira-kira dikalikan enam kali lipat dari enam miligram tersebut, jadi 36 miligram. Jumlah itu bila zat besi yang sudah ada tergolong normal atau cukup. Sedangkan, untuk protein, dia menyarankan bumil mengasup 40-50 gram per hari dari susu maupun sumber protein lainnya.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
