Rabu 06 Nov 2013 21:04 WIB

Madrasah Dituntut Terus Berprestasi

Rep: amri amrullah/ Red: Damanhuri Zuhri
Suasana belajar di Madrasah Diniyah (ilustras)
Foto: dangdutpantura.
Suasana belajar di Madrasah Diniyah (ilustras)

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG — Madrasah sebagai salah satu lembaga formal pendidikan Islam menghadapi berbagai tantangan yang semakin berat ke depan. Madrasah dituntut terus memiliki prestasi, sejajar, dan bisa bersaing dengan lembaga pendidikan formal umum.

Menteri Agama (Menag) Suryadharma Ali menyatakan, kuatnya arus informasi dan perkembangan teknologi menjadi tantangan madrasah dalam mengemban misi pendidikan agama dan moral peserta didik.

“Oleh karena itu, kualitas madrasah harus ditingkatkan agar lebih baik, bahkan bila dibandingkan sekolah formal umum setingkat,” ujarnya, Selasa (5/10).

Madrasah, menurutnya, selama ini hanya dikenal dengan kualitas pengajaran ilmu agama yang lebih baik. Namun, munculnya beberapa madrasah unggulan, seperti Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendikia, telah mampu menjawab kualitas keilmuan lulusan madrasah yang selama ini diragukan.

Di tengah kasus moral anak didik saat ini, madrasah menjadi salah satu solusi menjaga dan memperbaiki moral peserta didik.

Selain itu, kualitas pengajaran umum di madrasah pun terbukti telah dapat menyaingi siswa sekolah umum pada beberapa ajang kompetisi sains dan olahraga.

Salah satu upaya Kemenag menjaga tradisi ilmiah dan prestasi olahraga adalah menyelenggarakan Kompetisi Sains Madrasah dan Ajang Kompetisi Seni dan Olahraga di Malang.

Melalui ajang ini, diharapkan muncul kesadaran siswa-siswi madrasah dituntut terus berprestasi. Tidak hanya memiliki prestasi dari sisi keagamaan, tetapi juga memiliki ketajaman riset, kemampuan jiwa, otot, serta kreativitas.

Direktur Pendidikan Madrasah Nur Kholis Setiawan mengatakan, selain penguatan pendidikan agama, saat ini Kemenag sedang fokus melakukan diversifikasi prestasi madrasah di seluruh Indonesia. Diversifikasi ini, jelas dia, untuk melihat keunggulan dan kualitas seluruh madrasah di setiap daerah.

“Contohnya, ada madrasah yang memiliki prestasi dan keunggulan dalam bidang sains, ada yang memiliki prestasi dalam bidang bahasa, dan lain sebagainya,” katanya.

Dengan dilakukannya diversifikasi ini, akan dimiliki peta kualitas madrasah. Selanjutnya, akan mudah bagi pemerintah memberikan bantuan pengembangan pendidikan.

Namun, sayangnya, ungkap Nur Kholis, dari ratusan ribu madrasah yang ada saat ini, hampir 90 persen adalah swasta dan hanya 10 persen bagian dari madrasah negeri.

Fakta yang terjadi di lapangan saat ini, dari 90 persen madrasah yang dikelola swasta, setengahnya belum terakreditasi atau belum memiliki kualitas serta sarana dan prasarana yang cukup baik.

Kasubdit Kelembagaan Direktorat Madrasah Rohmat Mulyana mengatakan, masih ada 32 persen madrasah yang dikelola swasta belum terakreditasi.

Sebagian besar madrasah yang belum terakreditasi adalah Raudatul Athfal (RA) madrasah setingkat TK. “Dalam beberapa tahun ke depan, diharapkan sebagian madrasah swasta sudah terakreditasi,” ucapnya.

Sementara itu, Indonesia dengan sejumlah anggota negara Asia Tenggara (ASEAN) sepakat akan perlunya membantuk Komite Pendidikan Islam negara-negara Mabims.

Mabims merupakan forum kerja sama menteri agama dari empat negara di Asia Tenggara, yaitu Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura, yang didirikan pada 9 Agustus 1989.

Kesepakatan pembentukan komite tersebut diharapkan dapat ditandatangani pada acara Konferensi Internasional Tahunan Studi-Studi Islam (AICIS) di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada 18 November 2013.

“Kami ingin kerja sama antarlembaga pendidikan Islam lebih ditingkatkan, baik itu madrasah, pondok pesantren, maupun perguruan tinggi Islam,” kata Sekjen Kementerian Agama Bahrul Hayat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement