Senin 28 Oct 2013 16:59 WIB

Kunci Kebahagiaan Hidup Berumah Tangga

Pernikahan (Ilustrasi)
Foto: AFP
Pernikahan (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Lazimnya ibadah lainnya, nikah juga membutuhkan keteguhan dan ketulusan niat. Ragam persoalan yang dihadapi pasangan suami istri, sebagian besar bermuara pada ketidakjelasan niat. Nikah bukan sekadar mendongkrak rezeki atau sebatas mempertemukan dua sejoli dalam ikatan suci. 

Melainkan, niat menikah mesti dilandasi ketulusan. “Beribadah kepada Allah SWT,” kata pakar sekaligus konsultan keluarga Ustaz Mohammad Fauzil Adhim. Berikut petikan wawancara dengan penulis buku-buku keluarga tersebut:  

 

Bagaimana atasi persoalan yang muncul?

Masalah itu konsekuensi logis dari hidup. Kalau tidak ada masalah patut dipertanyakan. Kita harus ingat cita-cita besar berumah tangga. Ada juga berkaitan dengan kewajiban. Ada juga kesalahpahaman, perbedaan cara pandang, sikap, dan persepsi. Itu dapat terjadi dengan siapa pun, dengan istri, dan lain-lain. Perbedaan persepsi ada saja. Sebaiknya, ketika mengalami hal ini jangan dibawa terlalu jauh.

Masalah bisa selesai jika ada iktikad baik. Harus ada keinginan sungguh-sungguh. Kedua, harus ridha. Ini membuat orang lapang dada menerima perbedaan. Hati akan jadi tenang.

Masalah sederhana kalau ada iktikad baik pasti selesai. Kadang hanya salah satu pihak yang memiliki iktikad baik. Ini yang membuat masalah kecil sulit diatasi. Tidak mau mengakui kesalahan. Banyak kasus konflik rumah tangga serius. Ketika niat iktikad baik kuat untuk mencari pemecahan masalah maka masalah menjadi selesai.

Pasutri harus memiliki sifat ridha. Ini berkaitan dengan menerima apa adanya di rumah tangga. Kalau ridha maka yang menerimanya akan lapang dada. Tidak menjadi permasalahan. Kalau sudah tidak ridha, masalah kecil jadi berat. Jika kita sibuk mencari kekurangan pasangan maka akan ada banyak. Kalau mencari sebaliknya maka akan banyak.

 

Apa kunci kebahagiaan berumah tangga?

Sepanjang yang saya pelajari, sakinah itu konsekuensi dari pernikahan. Yang perlu diharapkan adalah berkah. Asumsi yang tak didasarkan pada ilmu maka berkembanglah hal yang tak dikenal mengenai pernikahan. Adalah mitos kalau mau sakinah level pendidikan sederajat dan sebagainya. Itu bukan mendekatkan malah menjauhkan diri dari tujuan utama menikah.

Yang bahagia belum tentu berkah. Boleh jadi, justru masalah. Yang membuat berkah bukan harta, bukan jabatan tinggi, melainkan ketenangan jiwa dan kedalaman spiritual.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement