Jumat 25 Oct 2013 23:57 WIB
Pelestarian Sungai Ciliwung

Sinergi Melestarikan Sungai Ciliwung (2)

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo bersama KSAD Jenderal TNI Moeldoko saat menyusuri Sungai Ciliwung menggunakan perahu karet pada kegiatan Karya Bakti Skala Besar pembersihan Sungai Ciliwung di jembatan lama Ciliwung, Rawajati, Jakarta Selatan, Kamis (14/8)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo bersama KSAD Jenderal TNI Moeldoko saat menyusuri Sungai Ciliwung menggunakan perahu karet pada kegiatan Karya Bakti Skala Besar pembersihan Sungai Ciliwung di jembatan lama Ciliwung, Rawajati, Jakarta Selatan, Kamis (14/8)

REPUBLIKA.CO.ID, Salah satu anak pengusaha bambu yang menjadi saksi hidup lestarinya Sungai Ciliwung masa lalu adalah Zainal Ambiya (35 tahun). Zainal kini meneruskan usaha bapaknya yang berjualan bambu di Manggarai. Zainal membenarkan, tatkala masih kecil, bapaknya membawa sekitar 500 bambu dari Bojong Gede sampai ke Manggarai.

"Perjalanan dilakukan sampai tiga hari tiga malam, hanya dua orang, bapak saya dan kerabat," katanya, ditemui di tempat usahanya di Kelurahan Manggarai pinggir Sungai Ciliwung. Saat melihat bapaknya menaik atau menurunkan bambu, Zainal kerap berenang di Sungai Ciliwung. "Airnya masih jernih, tapi kedalamannya sangat dalam," katanya. Namun, sejak tahun 1990-an, bambu-bambu itu tak lagi dibawa lewat sungai, tapi sudah mulai menggunakan truk, hingga kini. Tentunya, biaya jual bambu semakin mahal. 

Sampah merupakan musuh utama bagi saluran air dan sungai-sungai di Jakarta. Apalagi, menjelang musim penghujan sampah yang menyumbat saluran air dan sungai menjadi salah satu penyebab utama banjir. Pintu Air Manggarai merupakan salah satu parameter banyaknya sampah di sepanjang aliran Sungai Ciliwung. Saat ini, volume sampah yang dibuang masyarakat ke Sungai Ciliwung sebanyak 30 ton per hari, menyusut dari sebelumnya yang mencapai 40 ton per hari.

Beberapa bulan terakhir, upaya melestarikan Sungai Ciliwung masih digalakkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Mulai tahun depan, Pemprov Jakarta akan menerapkan sanksi denda dan kurungan bagi warga yang membuang sampah secara sembarangan.

Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta, Unu Nurdin mengatakan, sesuai Peraturan Daerah Nomor 3 tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah, bagi mereka yang kedapatan membuang sampah sembarangan akan didenda Rp 500 ribu atau kurungan penjara dua bulan. Tetapi, jikalau yang membuang sampah sembarangan adalah institusi atau perusahaan, dendanya lebih berat, yaitu Rp 10 juta hingga Rp 50 juta.

Menurut Unu, saat ini masih dalam tahap sosialisasi kepada masyarakat sebelum peraturan tersebut diterapkan. “Gubernur sudah menekankan peraturan ini harus diterapkan. Awal Januari mudah-mudahan sudah bisa berjalan. Tapi, ini juga harus ada kerja sama sama Satpol PP dan polisi,” kata Unu di sela kegiatan susur Sungai Ciliwung di Manggarai, Jakarta Selatan, Ahad (20/10).

Mengenai pengawasan di lapangan, Unu mengatakan, hal itu akan dilakukan beberapa institusi sampai di tingkat kelurahan. Bahkan, sejumlah kamera pengawas CCTV juga akan dipasang untuk menangkap wajah pelaku pembuang sampah sembarangan. “Sebenarnya, sanksi bukan target kita, tapi lebih ke pembinaan. Namun, efek jera juga harus ada,” kata Unu.

Pengawasan terhadap aksi buang sampah sembarangan sudah dilakukan di beberapa wilayah. Di Jakarta Utara, sebagian aparat kelurahan sudah mengerahkan petugas yang mengintai lokasi yang sering digunakan sebagai tempat pembuangan sampah ilegal.

Warga yang kedapatan membuang sampah dipotret dan dimintai keterangan. Mereka dinasihati tak mengulangi perbuatannya atau menerima risiko foto diri mereka saat membuang sampah akan dipublikasikan.

Ternyata, upaya sosialisasi dari Pemprov mendapat respon positif dari warga. Volume sampah di Sungai Ciliwung mengalami penurunan, meski belum drastis. Penulis pun memantau langsung kondisi Pintu Air Manggarai, Jumat (25/10) pagi. Kini, tak ada lagi tumpukan sampah, yang selalu terlihat hingga permukaan sungai bila dilihat dari jalan raya atau saat naik bus TransJakarta.

Imbasnya, tak ada lagi puluhan pemulung yang memadati kawasan Pintu Air Manggarai. "Benar, kini Pintu Air Manggarai tak ada penumpukan sampah, karena sering dibuka, sampah mengalir langsung ke Pintu Air Pejompongan," ujar Suhardison, yang sehari-hari bertugas menjual sampah plastik yang dikumpulkan pemulung.

Penurunan volume sampah karena perubahan kebiasaan masyarakat. Sedikit demi sedikit masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Ciliwung mulai sadar untuk tidak membuang sampah sembarangan. Hal itu mulai terlihat sejak adanya operasi Sungai Ciliwung yang dilakukan Pemprov DKI bersama dengan TNI dan Satpol PP. “Masalah sampah yang paling pokok itu bukan soal pengerjaan teknis, tapi lebih pada perilaku masyarakatnya,” ujar Unu.

Sampah yang menyangkut di Pintu Air Manggarai setiap hari diangkut sebuah eskavator. Awalnya, tugas ini berada di pundak Dinas Pekerjaan Umum. Sejak April 2013, tugas tersebut berpindah ke Dinas Kebersihan. Sementara, Dinas PU kini bertugas mengeruk lumpur di dasar sungai.

Menjelang musim hujan ini, pekerjaan pengambilan sampah dari sungai sedang dikebut, seperti yang terlihat di Kali Sentiong, Sunter, Jakarta Utara. Sejumlah petugas menjaring sampah dari permukaan sungai yang airnya berwarna hitam. Sampah yang sudah terjaring kemudian dikumpulkan ke jaring besar yang ada di perahu styrofoam. Selanjutnya, tumpukan sampah tersebut diangkut ke daratan menggunakan katrol.

Volume sampah yang diangkut dari sungai dan waduk di Jakarta mencapai 220 ton per hari. Saat musim hujan, volumenya meningkat hingga 280 ton per hari. Kepala Unit Pengelola Kebersihan Pesisir dan Pantai Dinas Kebersihan Budi Karya Irwanto mengatakan, sampah sebanyak itu masih ditangani secara konvensional, yaitu menyewa pekerja lepas untuk menjaring sampah dengan getek. Dinas Kebersihan sudah menganggarkan pengadaan 180 perahu sampah styrofoam yang akan datang pada akhir tahun.

Untuk mengangkut sampah dari sungai ke daratan, akan digunakan katrol demi menghemat anggaran. Jika menggunakan eskavator, biaya sewanya Rp 4 juta per hari. Penggunaan katrol saat ini baru dilakukan di Kali Sentiong. Tapi, pada akhir tahun ini katrol akan dipasang di 26 titik sungai yang ada di Jakarta. ‘Kalau pakai katrol, ngangkut sampah dua ton, tapi beratnya seperti ngangkut 12 kilo,” kata Budi.

Sahidin (42 tahun), warga RT 09/RW 1, Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, mengaku tak lagi membuang sampah sejak tiga tahun terakhir. "Dulu iya (masih buang sampah ke sungai), sekarang tidak lagi," katanya, yang juga menjadi pengurus RT.

Sejumlah warga yang satu deret dengan kediaman Sahidin juga mengaku tak lagi membuang sampah di sungai. Termasuk Zainal. Dia mengintruksikan 50-an anak buahnya agak tak membuang sisa bambu atau sampah ke sungai. Zainal mendukung program pemerintah, karena juga ingin melihat kelestarian Sungai Ciliwung yang dulu pernah menjadi kebanggaan saat masih kecil. 

Iyus (65 tahun), warga Kebun Pala, Jatinegara, mengaku malu kalau hendak membuang sampah di sungai. Apalagi, suaminya termasuk salah satu petugas TNI yang kerap berpatroli mengawasi warga yang membuang sampah.

Salah satu yang diuntungkan dari kesadaran warga yang malu membuang sampah adalah Tatang (47 tahun), petugas pengumpul sampah dari sungai ke tempat pembuangan akhir (TPA). Sejak bertugas 23 tahun lalu, kini dia mengaku puas kebersihan Sungai Ciliwung yang tak lagi dipenuhi sampah.

Meski, jumlah sampah yang diangkut lebih banyak --karena tak dibuang ke sungai-- Tatang menyatakan hal itu lebih baik daripada dia dan kawan-kawannya melihat tumpukan sampah di sungai.

Sudirman mengingatkan pelestarian Sungai Ciliwung harus dilakukan secara berkelanjutan dan diperlukan ketegasan dari aparat tingkat RT, RW dan kelurahan. Menurutnya, perintah dari Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo tidak akan efektif kalau petugas di kecamatan, kelurahan, RW dan RT justru tidak menunjukkan contoh dan kontinyu mengkampanyekan kepada warga di bantaran sungai.

"Kalau tidak tegas dan memberi contoh, dikhawatirkan akan terjadi konflik horisontal, yakni ada warga yang mengingatkan warga yang buang sampah. Kalau yang diingatkan tidak mau, bisa bentrok," katanya.

Maka itu, melalui lembaganya, dia dan sejumlah LSM peduli Sungai Ciliwung aktif memberikan edukasi kepada warga di sepanjang bantara Sungai Ciliwung dari Bogor hingga Jakarta Utara. "Harus tumbuh kesadaran bersama untuk bijaksana membuang sampah di sungai, memakai kantong plastik, bersama sama mengurangi sampah plastik, mendukung gerakan nasional Diet Kantong Plastik (DKP)," jelasnya. Semoga. n zaky al hamzah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement